Peringatan Maulid atau kelahiran Rasulullah Saw yang jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2011 merupakan sebuah momentum sejarah yang tak pernah terlewatkan oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia. Maulid berasal dari bahasa arab yang berarti hari lahir. Menurut sejarahnya, peringatan maulid diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said Al-Qaqbury seorang gubernur Irbil,Irak, pada masa pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Bahkan ada pula yang berasumsi bahwa peringatan maulid adalah ide Salahuddin sendiri yang tujuannya untuk membangkitkan semangat kecintaan pada Rasulullah Saw dan menjaga semangat patrotisme pasukan muslimin yang terlibat perang Salib pada masa itu.
Terlepas dari berbagai aliran yang berbeda pendapat tentang hukum perayaan maulid, di Indonesia peringatan maulid menjadi tradisi dan ritual yang cukup melekat dan membudaya. Setiap tahun, kegiatan seremonial seakan menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk merayakannya. Ritual yang dilakukan pun sangat beragam dan umumnya sangat erat kaitannya dengan tradisi yang berkembang secara turun temurun dalam suatu komunitas masyarakat.
Semakin maraknya peringatan maulid Nabi Muhammad Saw mempertegas bahwa Muhammad merupakan sosok nabi dan rasul serta pemimpin yang tidak akan lekang oleh jaman. Bahkan seorang Michael Hart menempatkan Muhammad Saw sebagai sosok nomor satu dari seratus tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Kesimpulan ini tentu lahir dari fakta bahwa memang sampai saat ini tidak ada sosok pemimpin di belahan dunia ini yang mampu menyamai pengaruh yang ditorehkan oleh Nabi sejak kelahirannya sampai sekarang ketika beliau telah ribuan tahun wafat. Nabi Muhammad Saw menjadi sosok yang fenomenal dengan segala atribut yang melekat padanya baik sebagai Rasul maupun pemimpin umat dan pemimpin pemerintahan.
Sekedar untuk tidak melupakan sisi lain dari kehidupan Rasulullah, peringatan maulid tahun ini – yang khususnya bagi masyarakat Sulawesi Barat dan Majene yang akan menjelang perhelatan pesta demokrasi untuk memilih calon pemimpin di 2011-2016 – menjadi momen yang sangat istimewa. Didasari oleh semangat untuk menciptakan kepemimpinan yang lebih baik dan lebih menjanjikan sangat relevan jika kita sedikit menengok pada sisi kepemimpinan Rasulullah.
Ada tiga dimensi yang bisa kita adaptasi dari watak kepemimpinan Rasul. Yang pertama bahwa beliau adalah sosok pemimpin yang holistic. Beliau mampu menjadi pemimpin yang menguasai berbagai peran dalam bidang kehidupan. Beliau membangun karakter kepemimpinan dari dirinya sendiri dengan menciptakan suasana kehidupan yang mandiri sejak beliau kecil. Dimasa kecil beliau tumbuh tanpa belaian kasih kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu menghadap pada sang khalik. Memasuki usia remaja, beliau menjadi penggembala domba dan ikut berdagang mengikuti kafilah-kafilah Bani Hasyim yang kala itu sering bepergian keluar kota untuk berniaga. Pun pada saat beliau beranjak dewasa, masih sempat menjadi orang kepercayaan Khadijah binti Khuwailid yang kemudian menjadi istri pertama beliau. Aktivitas berdagang membuat beliau tumbuh menjadi sosok yang ulet, jujur dan menjadi kepercayaan orang banyak.
Dalam kehidupan rumah tangga, beliau mampu menerapkan kepribadian dan sosok yang adil meskipun harus membimbing sembilan orang istri. Demikian pula dalam konteks bermasyarakat yang lebih luas, beliau menjadi panutan baik oleh kawan maupun lawan. Beliau mampu menampilkan kehidupan bermasyarakat yang saling menghargai perbedaan, bahkan pada perbedaan agama sekalipun. Sistem politik yang beliau kedepankan mampu melahirkan tatanan bernegara yang lebih bermartabat. Juga dalam menerapkan sistem pendidikan, beliau menjadikan masyarakat lebih bermoral, dan tercerahkan. Begitu pula dalam sistem penegakan hukum. Beliau tidak pandang bulu dalam menyikapi setiap tindakan yang melanggar keadilan masyarakat. Bahkan sendainya ada keluarganya yang terlibat dalam pelanggaran hukum, maka ganjaran hukum pun diterapkan sama sesuai dengan konsekwensi hukum yang berlaku secara umum.
Kedua, beliau adalah sosok pemimpin yang accepted atau dapat diterima dan diakui oleh kalangan manapun. Sejak masa kenabian hingga saat ini, keteladanan Rasulullah menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan. Tidak ada yang akan menampik keberadaan beliau jika suatu waktu karakter kepemimpinan beliau diperbandingkan dengan pemimpin manapun. Kepemimpinan Rasulullah dijelaskan secara tegas dalam Al-qur’an yang berbunyi : “Laqad jaa’akum rasuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ’anittum hariisshun ‘alaikum bil mu’miniina rauufun rahiim” yang tafsirannya berbunyi : “benar-benar telah datang kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian sendiri yang berat terasa olehnya (tak tahan ia melihat) penderitaan kalian; sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) bagi kalian; dan terhadap orang-orang yang beriman penuh kasih sayang lagi penyayang” (QS. 9 : 182 ). Rasulullah adalah contoh pemimpin yang tidak hanya memikirkan kepentingan pribadinya, tetapi sangat concern terhadap kondisi umatnya. Bahkan dikisahkan sesaat sebelum kematiannya, beliau masih menyempatkan menanyakan bagaimana nanti nasib umatnya. Begitu sayangnya Nabi pada umatnya, bahkan dicontohkan suatu waktu Nabi pernah datang menghibur seorang umatnya yang bersedih akibat kematian burung kesayangannya dan mendo’akan agar ia segera mendapatkan gantinya. Orang-orang diluar Islam bahkan sangat mengagumi bagaimana Nabi Muhammad mencintai dan dicintai umatnya. Mereka bahkan mengandaikan, seandainya Muhammad menyeru pada umatnya untuk menceburkan diri kedalam sungai yang dalam, maka umatnya pun akan melakukannya dengan ikhlas.
Dimensi ketiga kepemimpinan Rasulullah adalah bahwa beliau seorang pemimpin yang proven. Beliau sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi masyarakatnya. Beliau tidak hanya pandai berkata-kata tetapi mampu membuktikan lewat kenyataan apa yang diucapkannya. Beliau memiliki proyeksi kedepan yang lazim disebut visioner. Sepak terjang beliau menjadi panutan, bagaimana beliau mampu merubah peradaban masyarakat Makkah dan Madinah dengan pendekatan persuasif berlandaskan prinsip “hikmah” dan “mauidzatil hasanah”.
Ketiga dimensi kepemimpinan Rasulullah tersebut bukan tidak mungkin dapat diadaptasi oleh calon pemimpin dimasa kini dan yang akan datang. Konsep-konsep kepemimpinan beliau tetap akan menjadi rujukan yang aktual bagi segala zaman. Sebagaimana Allah Swt menjaga kesucian Al-Qur’an, maka demikianlah kepemimpinan Rasulullah. Suatu waktu ketika kepada Sayyidatina Aisyah ditanyakan tentang akhlak Rasulullah, maka Aisyah menjawab “Kaana Khuluquhu Al-Qur’an” (Budi pekertinya adalah Al-Qur’an). Jawaban Aisyah tersebut memberi gambaran bahwa barangsiapa yang ingin mengenal Rasulullah maka kenalilah Al’Qur’an, pelajari maknanya dan ejawantahkan dalam segala sendi kehidupan, termasuk persoalan kepemimpinan. Wallahu a’lam bissawab.
(disari dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar