tag:blogger.com,1999:blog-51760616481851676672023-11-15T08:07:03.467-08:00MUH.AWALUDDINMenggugah dengan cerdas...MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-68851077003821318802019-04-20T21:26:00.000-07:002019-04-20T21:26:02.077-07:00 Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasyiyah Refligy Yulia Fitri / SP/ A<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Popularitas daulah Abbas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">y</span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">iyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma'mum (813-833 M). </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> senang bershadaqah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para 'ulama</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para
'ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan
berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan
Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan
sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul
Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih
merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab,
di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.</span></div>
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Harun
Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan
bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan
farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800
orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.
Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa
inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang
tak tertandingi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">C. Periodesasi Masa Abbasiyah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ''The Golden Age''</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.
Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam
bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah
berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan
banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar
yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Daulah
Abbasiyah didirikan oleh keturunan Abbas paman Rasulullah, yaitu :
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah al-Abbas</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kekuasaan daulah abbasiyah dibagi dalam lima periode, yaitu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">:</span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 66pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Periode I (132 H/750 M-232 H/847 M ), masa pengaruh Persia pertama</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 66pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Periode II (232 H/847 M-334 H/945 M), masa pengaruh Turki pertama</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 66pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Periode Iii (334 H/945 M-447 h/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, pengaruh Persia kedua</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 66pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Periode IV (447 H/1055 M-590 h/1194 M), masa Bani Saljuk, pengaruh Turki kedua</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 66pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Periode V (590 H/1104 M-656 h/1250 M), masa kebebasan dari pengaruh Dinasti lain.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Daulah
Abbasiyah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya pada periode I.
Para khalifah pada masa periode I dikenal sebagai tokoh yang kuat, pusat
kekuasaan politik, dan agama sekaligus. Popularitas Daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan
putranya Al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki khalifah harun
al-rasyid dan puteranya Al-Ma'mun digunakan untuk kepentingan sosial
seperti, lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman
keemasan. Al-Ma'mun khalifah yang cinta kepada ilmu, dan banyak
mendirikan sekolah.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak
hanya mencakup kepentingan sosial saja, masa ini juga masa kejayaan
umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan
itu hampir mencakup semua aspek kehidupan, seperti :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Administratif pemerintahan dengan biro-bironya;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sistem organisasi militer;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Administrasi wilayah pemerintahan;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pertanian, perdagangan, dan industri;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Islamisasi pemerintahan;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kajian
dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika islam,
sastra, seni, dan penerjemahan;</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pendidikan,
kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah,
dan perguruan tinggi; perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni
rupa, seni musik, dan arsitek</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">D. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tujuan Pendidikan Pada Masa Abbasiyah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada
masa Nabi masa khoilfah rasyidin dan umayah, tujuan pendidikan satu
saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan
mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah tujuan pendidikan
itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.
Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut:</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Tujuan Keagamaan Dan Akhlak</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagaiman
pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau
menghafal Al-Qur'an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya
mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tujuan Kemasyarakatan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para
pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat
mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh dengan
kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari
masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah
bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu
duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cinta Akan Ilmu Pengetahuan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masyarakat
pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain dari pada
memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh negeri islam
untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan
yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai.
Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya untuk menuntut ilmu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Tujuan Kebendaan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada
masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang
layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat
kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang
pada masa sekarang ini</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 70.9pt; text-align: justify;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">E. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tokoh-Tokoh </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pendidikan Islam Yang Berpengaruh Pada Masa Bani Abbasyiyah</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejalan
dengan perkembangan lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan dan tradisi
serta atmosfer akademik., maka pada zaman Abbasiyah ini di tandai pula
dengan lahirnya para ilmuwan yang sekaligus bertindak sebagai para guru.
Mereka bukan hanya ahli dalam ilmu agam Islam melainkan juga ahli
dalam bidang ilmu pengetahuan umum, seni dan arsitektur. Di antara para
ilmuwan dan guru yang terkenal di zaman Abbasiyah adalah:</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Razi (guru Ibnu Sina)</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia
berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku,
140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin.
Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi 'Ilm At Tadawi (30 jilid,
berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya).
Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh
Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang
menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan
berada di tangan Ibnu Sina</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Battani (Al-Batenius) </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Seorang
astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata
surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat.
Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De
Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. </span><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Ya'qubi</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">S</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">eorang
ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah
ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh
Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya'qubi historiae.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. </span><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Buzjani (Abul Wafa)</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Sina</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Sina adalah seorang mahaguru dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat. Dengan karya-karyanya seperti <i>al-Qanun fi al-Thibb</i> (Ensiklopedi Kedokteran) sebanyak tiga jilid<i>, al-Syifa dan Al-Najah</i>.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Miskawih</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Miskawih adalah seorang guru dalam ilmu akhlak. Salah satu karyanya adalah <i>Tahdzib al-Tahdzib.</i></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Jama'ah</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn Jama'ah adalah seoarang guru dalam bidang ilmu fikih dan akhlak, <i>Tadzkirat al-Sa'mi lil 'Alim wa al-Muta'allim.</i></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. </span></i></b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <b><i>Imam al-Juwaini</i></b></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Imam
al-Juwaini adalah seorang guru dalam bidamg teologi pada Madrasah
Nidzamiyah tempat Imam al-Ghazali menimba ilmu, karyanya berjudul <i>al-Irsyad.</i> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. </span></i></b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <b><i>Imam al-Ghazali </i></b></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Imam
al Ghazali tel;ah tampil sebagai mahaguru di Madrasah Nidzamiah,
istana, dan di masyarakat pada umumnya. Melalui karyanya yaitu <i>Ihya' Ulum al-Din</i> sebanyak tiga jilid, ia telah tampil sebagai guru dalam bidang fikih dan tasawuf.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pencapaian
kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tidak terlepas dari
adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap
berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia,
India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak
Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang
astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan
sejarah. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">pengetahuan, antara lain :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a) </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Umum</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Filsafat</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Najat, Qoman,</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saddiya dan lain-lain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al
Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al
Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya
Ulumuddin dan lain-lain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Afillah</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">dan lain-lain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bidang Kedokteran</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 92.15pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 92.15pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai<br /> penterjemah bahasa asing.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 92.15pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Thabib bin Qurra (836-901 M)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 92.15pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bidang Matematika</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. </span></i></b><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bidang Astronomi</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Farazi : pencipta Astro lobe</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Gattani/Al Betagnius</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al Farghoni atau Al Fragenius</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. </span></i></b><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bidang Seni Ukir</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Beberapa
seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik,
seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b) </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Naqli</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Tafsir</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,
Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al
Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad bin Ishak dan lain-lain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Hadist</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,
Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H),
Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275
H), At Tarmidzi, dan lain-lain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Kalam,</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
Dalam kenyataannya kaum Mu'tazilah berjasa besar dalam menciptakan
ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha', Abu
Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy'ary, Hujjatul Islam Imam
Ghazali </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ilmu Tasawuf</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,
Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H)
karangannya: ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H)
karangannya: Awariful Ma'arif, Imam Ghazali : karangannya al Bashut, al
Wajiz dan lain-lain.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para Imam Fuqaha,</span></i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi'ah (Hasjmy, 1995:276-278</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 70.9pt; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">F. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tingkat-Tingkat Pengajaran</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa tingkat, yaitu:</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tingkat
sekolah rendah, namanya Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak.
Di samping Kuttab ada pula anak-anak belajar di rumah, di istana, di
took-toko dan di pinggir-pinggir pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan
meliputi: membaca Al-Qur'an dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran
islam, menulis, kisah orang-orang besar islam, membaca dan menghafal
syair-syair atau prosa, berhitung, dam juga pokok-pokok nahwu shorof
ala kadarnya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tingkat
sekolah menengah, yaitu di masjid dan majelis sastra dan ilmu
pengetahuan sebagai sambungan pelajaran di kuttab. Adapun pelajaran
yang diajarkan melipuri: Al-Qur'an, bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits,
Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falak, Sejarah, ilmu
alam, kedokteran, dan juga musik.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tingkat
perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di
Mesir (Kairo), di masjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya
perguruan tinggi terdiri dari dua jurusan:</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 99.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jurusan
ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu Khaldun
menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan pada
jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur'an, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf,
Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 5pt 99.25pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Jurusan
ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan Ilmu
Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Mantiq, ilmu
alam dan kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur, Falak, Ilahiyah
(ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 5pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">G. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lembaga-Lembaga Pendidikan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagaimana banyak dicatat dalam berbagai sumber sejarah, bahwa zaman dinasti Abbasiyah adalah zaman keemasan Islam <i>(golden age) </i>yang
ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan
peradaban yang mengagumkan, yang dapat dibuktikan keberadaannya, baik
melalui berbagai sumber informasi dalam buku-buku sejarah maupun
melalui pengamatan empiris di berbagai wilayah di belahan dunia yang
pernah dikuasai Islam, seperti Irak, Spanyol, Mesir dan sebagian dari
Afrika Utara.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berbagai
kemajuan yang dicapai dunia Islam tersebut tidak mungkin terjadi tanpa
didukung oleh kemajuan dalam bidang pendidikan, karena pendidikanlah
yang menyiapkan sumber daya insane yang menggerakkan kemajuan tersebut.
adapun gambaran keadaan pendidikan di zaman Bani Abbasiyah sebagai
berikut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Keadaan Lembaga Pendidikan</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selain
masjid, kuttab,al-badiah, istana, perpustakaan dan al-bimaristan, pada
zaman Dinasti Abbasiyah ini telah berkembang pula lembaga pendidikan,
berupa toko buku, rumah para ulama, majelis al-ilmu, sanggar
kesusastraan, observatorium, dan madrasah.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Toko Buku (al-Hawanit al-Warraqien)</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemajuan
dalam ilmu pengetahuan tersebut mendorong lahirnya indistri perbukuan,
dan industry perbukuan mendorong lahirnya took-toko buku. Di beberapa
kota atau negara yang di dalamnya terdapat took-toko buku,
menggambarkan bahwa kota atau negara tersebut telah mengalami kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rumah-rumah Para Ulama (Manazil al-Ulama)</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di
antara rumah yang sering digunakan untuk kegiatan ilmiah adalah rumah
al-Rais Ibn Sina. Dalam hubungan ini al-Jauzajani berkata kepada
sahabatnya, bahwa pada setiap malam ia berkumpul di rumah Ibn Sina
untuk menimba ilmu, dan membaca kitab al-Syifa' dan sebagian lain ada
yang membaca kitab al-Qanun. Abu Sulaiman al-Sijistani juga menggunakan
rumahnya untuk kegiatan orang-orang yang mau menimba ilmu, dan mia
menggunakan rumahnya untuk para ulama senior untuk memvalidasi
bacaan-bacaannya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selanjutnya
rumah yang sering digunakan sebagai majelis ilmu yang didatangi para
pelajar dan para guru untuk mematangkan ilmunya adalah rumah Imam
al-Ghazali (504 H) yang menerima para siswa di rumahnya, setelah ia
berhenti sebagai guru di Madrasah al-Nidzamiyah di Nisafur, serta
menuntaskan pejalanan spiritualnya, yaitu mengerjakan ibadah haji,
beriktikaf di masjid al-Amawiy di Damaskus serta menulis kitabnya yang
terkenal <i>Ihya' Ulum al-Din.</i> Demikian pula rumah Ya'kub bin Kalas
wazir al-Aziz billah al-Fathimy, rumah al-Sulfiy Ahmad bin Muhammad
Abu Thahir di Iskandariyah digunakan sebagai tempat untuk kegiatan
ilmiah.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sanggar Sastra (al-Sholun al-Adabiyah)</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sanggar
sastra ini mulai tumbuh sederhana pada masa Bani Umayyah kemudian
berkembang pesat pada zaman Abbasiyah, dan merupakan perkembangan lebih
lanjut dari perkumpulan yang ada pada zaman Khulafa' al-Rasyidin. Di
sanggar sastra ini terdapat ketentuan kode etik yang khusus. Dalam
hubungan ini Ibn Abd Rabbih, al-Muqri dan al-Maqrizi berkata berkata,
bahwa sanggar sastra tidak bisa menerima setiap orang yang
menginginkannya, melainkan sanggar tersebut hanya dibolehkan untuk
kelompok orang tertentu. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">d. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Madrasah</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam
sejarah, madrasah ini mulai muncul di zaman khalifah Bani Abbas,
sebagai kelanjutan dari pendidikan yang dilaksanakan di masjid dan
tempat lainnya. Dalam kaitan ini, Ahmad Tsalabi berpendapat, bahwa
ketika minat masyarakat untuk mempelajari ilmu di Halaqah yang ada di
masjid makin menibgkat dari tahun ke tahun, dsan menimbulkan kegaduhan
akibat dari suara para pengajar dan siswa yang berdiskusi dan lainnya
yang mengganggu kekhusukan shalat. Selain itu, berdirinya madrasah ini
juga karena ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan semakin
berkembang, dan untuk mengajarkannya diperlukan guru yamg banyak,
peralatan belajar mengajar yang lebih lengkap, serta pengaturan
administrasi yang lebih tertib. Selain itu, madrasah juga didirikan
dengan tujuan untuk memasyarakatkan ajaran atau paham keagamaan dan
ideology tertentu.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">e. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perpustakaan dan Observatorium</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tempat-tempat
ini juga digunakan sebagai tempat belajar mengajar dalam arti luas,
yaitu belajar bukan dalam arti menerima ilmu dari guru sebagaimana yang
umumnya dipahami, melainkan kegiatan belajar yang bertumpu pada
aktivitas siswa <i>(student centris),</i> seperti belajar dengan cara memecahkan masalah, eksperime, belajar sambil bekerja <i>(learning be doing),</i> dan penemuan <i>(inquiri).</i> Kegiatan belajar yang demikian itu dilakukan bukan hanya di kelas, melainkan di lembaga-lembaga pusat kajian ilmiah.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">f. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Al-Ribath</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Secara harfiah <i>al-ribath</i>
berarti ikatan yang mudah di buka. Sedangkan dalam arti yang umum, al
ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan, dan pengajran
bagi calon sufi. Di dalam <i>al-ribath</i> tersebut terdapat beberapa
ketentuan atau komponen yang terkait dengan pendidikan tasawuf,
misalnya komponen guru yang terdiri dari <i>syekh</i> (guru besar), <i>mursyid</i> (guru utama), <i>mu'id</i> (asisten guru), dan <i>mufid</i> (fasilitator). Murid pada <i>al-ribath</i>
dibagi sesuai dengan tingkatannya, mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah
dan aliyah. Adapun bagi yang lulus diberikan pengakuan berupa ijazah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">H. </span></b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></i><b><span lang="EN-SG" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode Pendidikan Pada Masa Abbasiyah </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dalam
proses belajar mengajar, metode pendidikan/pengajaran merupakan salah
satu aspek pendidikan/pengajaran yang sangat penting guna mentransfer
pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para muridnya.
Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan
pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap dan memahami dengan
baik apa yang telah disampaikan gurunya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada
masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang digunakan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan tulisan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode Lisan</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira'ah dan diskusi. Metode dikte <i>(imla')</i> adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan <i>imla</i>'
ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia
lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku
cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode ceramah </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode ceramah disebut juga metode <i>as-sama'</i>, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya.Metode <i>qiro'ah</i> biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. </span></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode Menghafal </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode
menghafal Merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini.Murid-murid
harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran
tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali
sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan
mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang
dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons,
mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. </span></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode Tulisan</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Metode
tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini.Metode
tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku
terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat penguasaan ilmu murid
semakin meningkat. Metode ini disamping berguna bagi proses penguasaan
ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah
buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan
pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">I. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Materi Pendidikan Pada Masa Abbasiyah </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Materi
pendidikan dasar pada masa daulat Abbasiyah terlihat ada unsur
demokrasinya, disamping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari)
bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat pillihan (ikhtiari).Hal
ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan dasar pada masa
sekarang.Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan
menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan.Materi
pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya <i>"Sejarah Pendidikan Islam"</i>, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang bersifat wajib <i>(ijbari) </i>yakni,
Al-Qur'an, Shalat, Do'a, Sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya
yang dipelajari baru pokok-pokok dari ilmu nahwu dan bahasa arab belum
secara tuntas dan detail), Membaca dan menulis</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sedangkan materi pelajaran <i>ikhtiari</i>
(pilihan) ialah; Berhitung; Semua ilmu nahwu dan bahasa arab
(maksudnya nahwu yang berhubungan dengan ilmu nahwu dipelajari secara
tuntans dan detail); Syair-syair; Riwayat/ Tarikh Arab.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">J. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">KURIKULUM</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kurikulum
pendidikan pada zaman Bani Abbasiyah dari segi muatannya telah
mengalami perkembangan, sebagai akibat dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Namun dari segi susunan atau konsepnya
belum seperti yang dijumpai di masa sekarang. Kurikulum pada masa itu
lebih merupakan susunan mata pelajaran yang harus diajarkan pada
peserta didik sesuai dengan sifat dan tingkatannya. Kurikulum
pendidikan ini misalnya terlihat dalam pembagian ilmu yang dikemukakan
para tokoh sebagai berikut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kurikulum Menurut Al-Ghazali</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia
membagi ilmu dalam tiga pendekatan. Pertama, pembagian ilmu dari segi
sumbernya. Kedua, pembagian ilmu dilihat dari segi jauh dekatnya dengan
Tuhan. Dan yang ketiga, pembagian ilmu dari segi hukumnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menurut
al-Ghazali, bahwa dilihat dari segi sumbernya, ada ilmu yang bersumber
dari syariat (Al-Qur'an dan Al-Hadis), dan ilmu yang sumbernya bukan
dari syariat. Selanjutnya dilihat dari segi obyeknya:</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ada
ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak , baik sedikit maupun
banyak, seperti sihir, azimat, nujum dan ilmu tentang ramalan nasib.
Ilmu ini tercela, karena tidak memiliki sifat manfaat, baik di dunia
maupun di akhirat. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit maupun banyak. Seperti ilmu agama dan ilmu tentang peribadatan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu, terpuji, tetapi jika mendalaminya tercela, seperti filsafat naturalisme.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Selanjutnya dilihat dari segi hukum mempelajarinya dalam kaitannya dengan nilai gunanya, ilmu pengetahuan dapat digolongkan: </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ilmu fardhu 'ain yang wajib dipelajari setiap individu, seperti ilmu agama dan cabang-cabangnya.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">ilmu
fardhu kifayah, ilmu ini tidak wajib dipelajari oleh setiap muslim,
melainkan cukup jika di antara kaum muslimin ada yang mempelajarinya.
Dan jika seorang pun di antara kaum muslim tidak ada yang
mempelajarinya, maka mereka akan berdosa. Di antara yang tergolong
fardhu kifayah adalah ilmu kedokteran, ilmu hitung, pertanian,
pertenunan, politik, pengobatan tradisional dan jahit menjahit.</span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kurikulum Menurut Ibn Khaldun</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn
Khaldun menyusun kurikulum sesuai dengan akal dan kejiwaan peserta
dididk, dengan tujuan agar pesrta didik menyukainya dan
bersungguh-sungguh mempelajarinya. Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi 3
macam.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 78pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kelompok ilmu lisan (bahasa), ilmu tentang bahasa (gramatika), sastra dan bahasa yang tersusun secara puitis (syair).</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 78pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kelompok ilmu <i>naqli,</i> yaitu ilmu yang di ambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 78pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kelompok ilmu <i>aqli,</i> yaitu ilmu yang diperoleh melalui kemampuan berfikir. Proses perolehan tersebut dilakukan melalui pancaindra dan akal.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">K. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">TRADISI ILMIAH DAN ATMOSFER AKADEMIK</span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></b></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
ilmiah dapat diartikan sebagai kebiasaan yang berkaitan dengan
pengembangan ilmu yang sudah memasyarakat dan digunakan secara merata di
kalangan ilmuwan. Tradisi ilmiah ini selanjutnya membentuk sebuah
keadaan yang khas yang selanjutnya disebut atmosfer akademik.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di antara tradisi ilmiah dan atmosfer akademik yang terjadi pada zaman Abbasiyah dan masa sebelumnya adalah sebagai berikut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tukar Menukar Informasi ( Muzakarah )</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
ini dilakukan oleh para pelajar dari berbagai daerah untuk saling
bertukar pikiran, pemahaman dan pengamalan sesuatu ajaran.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Berdebat</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
ini dilakukan oleh para pelajar dan pakar dalam bidang tertentu untuk
saling menguji kedalaman ilmu, ketajaman analisis, dan kekuatan
argumentasi yang dimiliki masing-masing ulama. Tradisi ini memiliki
pengaruh yang kuat kepada para ilmuwan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas keilmuannya masing-masing.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rihlah Ilmiah</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Rihlah</span></i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
ilmiah berarti melakukan perjalanan atau pengembaraan dari suatu
daerah ke daerah lain dalam rangka menuntut ilmu atau melakukan
penelitian terhadap sesuatu masalah. Tradisi ini terjadi seiring dengan
semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan tersebarnya para ilmuwan
pada berbagai wilayah tersebut.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penerjemahan </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
penerjemahan ini terjadi karena didorong oleh keingintahuan dan
keperluan para ilmuwan dalam menjelaskan tentang sesuatu masalah.
Khalifah Bani Abbasiyah bernama Al-Makmun sangat memberikan perhatian
terhadap kegiatan penerjemahan. Ia mendirikan <i>Bait al-Hikmah</i>
(rumah kegiatan ilmu ) untuk melakukan kegiatan penerjemahan
karya-karya Yunani, India, dan Cina dan menyewa penerjemah asing,
seperti, Hunain Ibn Ishak.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mengoleksi Buku dan Mendirikan Perpustakaan</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
mengoleksi buku ini tumbuh sejalan dengan adanya tradisi penghormatan
yang tinggi kepada para ilmuwan serta tradisi penghormatan yang tinggi
kepada para ilmuwan serta tradisi membaca dan menulis buku. Kegiatan
mengoleksi buku ini tidak hanya terjadi terjadi pada perorangan,
malainkan juga secara kelembagaan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Membangun Lembaga Pendidikan</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Yang
dimaksud dengan lembaga pendidikan disini adalah tempat atau wadah
yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, pengajaran,
bimbingan, dan pelatihan, baik yang bersifat formal, non formal maupun
informal. Lembaga pendidikan tersebut seperti, berupa toko buku, rumah
para ulama, majelis al-ilmu, sanggar kesusastraan, observatorium, dan
madrasah.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Melakukan Penelitian Ilmiah </span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Penelitian
adalah suatu kegiatan ilmiah yang secara garis besar diarahkan kepada
dua hal. Pertama, penelitian untuk mendapatkan temuan baru dalam bidang
ilmu pengetahuan atau teori. Penelitian jenis pertama ini disebut
sebagai penelitian ilmiah. Kedua, penelitian untuk menerapkan teori
atau kosep menjadi sebuah program atau kegiatan yang secara pragmatis
mendatangkan manfaat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik
secara lahir naupun batin. Penelitian jenis kedua ini disebut sebagai
penelitian terapan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">8. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Menulis Buku</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejalan
dengan adanya tradisi meneliti yang demikian kuat dan bervariasi, maka
pada zaman Abbasiyah juga muncul tradisi menulis buku. Di antara
penulis penulis tersebut adalah : </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">al- Jahidz</span></i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">,
ia di kenal sebagai seorang sastrawan terkenal yang hidup pada zaman
al-Makmun dan berani menulis tanpa terikat pada tradisi lama.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Imam Bukhari,</span></i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> ia dikenal sebagai peneliti dan penulis Hadis yang mahsyur. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 72pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ibn sa'id</span></i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">, ia mengarang buku tentang kemenangan umat islam dalam peperangan dengan judul <i>Thabaqat al-Qubra</i> sebanyak 8 jilid.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">9. </span></i></b><b><i><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Memberikan Wakaf</span></i></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tradisi
memberikan wakaf ini terjadi antara lain ketika seseorang yang
memiliki banyak harta, sedangkan tidak ada keturunan untuk merawat dan
memanfaatkannya dengan baik, maka harta tersebut diserahkan kepada
sebuah lembaga untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum, seperti
pendidikan, kesehatan, dan keamanan dengan dasar ikhlas karena Allah
SWT. Selain itu, wakaf juga muncul sebagai jalan untuk menjalin
kesalihan sosial dan pendekatan diri kepada Allah SWT, serta bekal
pahala di akhirat</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">.</span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">L. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">SARANA DAN PRASARANA</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sarana
prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan, peralatan kegiatan
penelitian dan percobaan, tersedia lebih lengkap dibanding dengan masa
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan terjadinya perkembangan ilmu
pengetahuan yang memerlukan peralatan khusus dalam mengajarkannya.
Gedung sekolah, perkantoran, alat-alat tulis, rumah tempat tinggal bagi
para guru, asrama bagi mahasiswa, ruang praktikum bagi para mahasiswa,
dan berbagai sarana lainnya yang dibutuhkan tersedia dengan memadai.
Ketersediaan sarana prasarana dan peralatan belajar mengajar terjadi
berkat adanya perhatian yang besar dari pemerintah serta masyarakat
pada umumnya terhadap masalah pendidikan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">M. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">PEMBIAYAAN PENDIDIKAN</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumber
pembiayaan pendidikan ini berasal dari anggaran belanja pemerintah
serta dari dan wakaf yang berhasil dihimpun. Dana tersebut digunakan
untuk biaya hidup para guru, para pelajar, pembangunan gedung sekolah,
serta pengadaan saran dan prasarana serta peralatan pendidikan lainnya.
Biaya pendidikan ini dikeluarkan karena pada umumnya lembaga
pendidikan yang diselenggarakan bersifat gratis, yakni dibiayai oleh
pemerintah. Menurut catatan para ahli sejarah, bahwa pada setiap
tahunnya, pemerintah Abbasiyah mengeluarkan dan tidak kurang dari
600.000 dinar atau setra dengan 6 miliat rupiah untuk ukuran waktu itu,
atau sebanyak 6 triliun untuk ukuran waktu sekarang.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">N. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">MANAJEMEN PENDIDIKAN</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Terjadinya
kemajuan dalam sistem pendidikan Islam tidak terlepas dari adany
manajemen pengelolaan pendidikan yang rapi dan tertib. Gedung-gedung
sekolah dibanmgun, diatur, dipelihara, digunakan dan dikelola dengan
tertib. Rumah-rumah bagi guru, dan asrama bagi para pelajar dibangun
sesuai dengan rapid an tertib. Demikian pula jadwal kegiatan belajar
mengajar, tugas-tugas bagi para guru dan lainnya diatur dengan baik.
Hubungan antara lembaga pendidikan yang berada di pusat pemerintahan
dan yang ada di daerah diatur dan dikelola dengan baik. Lembaga
pendidikan tersebut dikelola oleh sebuah kementrian pendidikan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">O. </span></b><b><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">PARA PELAJAR</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Para
pelajar yang menimba ilmu pada zaman Abbasiyah berasal dari daerah
sekitarnya serta mancanegara. Keadaan para pelajar yang demikian itu
menyebabkan kota Baghdad menjadi masyarakat multi etnis dan
multikultural. Interaksi antara para pelajar yang berasal dari latar
belakang daerah yang berbeda-beda. Hal itu menyebabkan timbulnya
atmosfer akademik dan tradisi ilmiah yang luar biasa. Keadaan ini
semakin menambah suasana kegiatan intelektual makin meningkat dan
mendorong proses pematang keilmuan seseorang.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">DAFTAR PUSTAKA</span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aen,Nurul. 2008. <i>Sejarah Peradaban Islam</i>. Bandung: Pustaka Setia.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sunanto, Musyrifah. 2004. <i>Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. </i>Jakarta: Prenada Media.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suwito, et l. 2005. <i>Sejarah Sosial Pendidikan Islam</i>. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suwito. 2008. <i>Sejarah Sosial Pendidikan</i>. Jakarta : Kencana</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nizar, Syamsul. 2011. <i>Sejarah Pendidikan Islam. </i>Jakarta : Kencana Media Group.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><a href="http://ratih-nurafriani.blogspot.com/2012/03/pendidikan-islam-pada-masa-bani.html">http://ratih-nurafriani.blogspot.com/2012/03/pendidikan-islam-pada-masa-bani.html</a></span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-SG" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sumber : https://wartasejarah.blogspot.com/2015/06/sejarah-perkembangan-pendidikan-islam_11.html </span></div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 2cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div>
MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-65588438294144739742019-04-20T20:35:00.002-07:002019-04-20T20:35:32.895-07:00Pendidikan Islam pada Zaman Bani UmayyahSebelum bercerita tentang <a href="http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-zaman.html">pendidikan Islam</a>
pada zaman Bani Umayyah, ada baiknya kita kenalan dulu dengan Bani
Umayyah. Bani Umaiyah merupakan khaliah yang didirikan oleh Muawiyah bin
Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriyah. Kekuasaan khalifah Bani Umaiyah
berakhir tahun 132 Hijriyah. Khalifah Bani Umayyah di dirikan dengan
cara kekerasan, diplomasi dan tipu daya bukan dengan cara musyawarah
demokrasi. Pada zaman Bani Umayyah wilayah kekuasaa Islam bartambah
luas, ilmu pengetahuan juga mengalami perkembangan secara pesat pada
zaman Bani Umayyah.<br />
<br />
Pendidikan pada zaman Bani Umayyah menjadikan masjid sebagai institusi
pendidikan. Pada masa ini terdapat beberapa sekolah permulaan yang
disebut Khuttab. Khuttab digunakan sebagai tempat mengajarkan Alquran
dan ilmu ilmu agama. Sedangkan istana khalifah digunakan sebagai
perpustakaan, tempat belajar dan juga tempat penyimpanan segala
keperluan bacaan. Pada masa ini buku-buku bacaan dari Yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab agar lebih mudah dipelajari. Sekolah
permulaan (Khuttab) dibedakan menjadi dua jenis yaitu khuttab untuk
orang awam yang dikenakan yuran pengajian dan khuttab alsabil yang tidak
dikenakan yuran pengajian karena diperuntukkan bagi anak anak miskin.
Pada masa Bani Umayyah saatberlangsung pengajian seorang guru duduk ditengah dan dikelilingi oleh beberapa murid yang disebut Halaqah.<br />
<br />
Pendidikan pada masa Bani Umayyah tidak hanya mengajarkan ilmu agama
saja. Kota Makkah dan Madinah menjadi tempat untuk belajar puisi dan
belajar seni musik. Sedangkan kota Basrah dan Kufah menjadi pusat untuk
belajar ilmiah dan sastra. Pada masa ini ilmu Qiraat terus dikembangkan.
Ilmu tentang filsafat juga mulai diajarkan pada masa ini.<br />
<br />Pada masa Bani Umayyah guru guru mengajar dengan ikhlas dan tidak
mendapat gaji. Guru yang mengajar di istana disebut Muaddib dan mereka
hanya mengajar anak khalifah tetapi pengetahuan Muaddib lebih rendah
jika dibandingkan dengan guru yang mengajar di masjid. Guru yang
mengajar dimasjid tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan tentang agama
tetapi juga ilmu alam dll. Abdullah bin Abbas mrupakan salah satu guru
yang terkenal pada masa ini, beliau menguasai ilmu Hadist, Fiqih, sastra
dan juga ilmu tafsir.
<br />
Pendidikan secara terbuka dilakukan dimasjid dan Khuttab. Perluasan
wilayah islam pada masa Bani Umayyah juga menyebabkan semakin
bertambahnya orang-orang yang ingin belajar tentang agama Islam.
Pendidikan pada masa Bani Umaiyyah telah melahirkan ilmu filsafat. Ilmu
sejarah juga berkembang pada masa ini. Ilmu filsafat digunakan untuk
meruntuhkan ajaran Yunani kuno sedangkan ilmu sejarah banyak digunakan
untuk membantu perkembangan ilmu pengetahuan, memahami peristiwa yang
terjadi dimasa lalu, utuk memahami ilmu tatanegara dan sistem
pemerintahannya.<br />
Demikianlah sediki uraian tentang pendidikan islam pada zaman Bani Umaiyah, semoga bermanfaat<br />
<br />
Sumber : http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-zaman.html<br />
MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-73612432009758062152012-04-28T15:48:00.001-07:002012-04-28T15:48:56.326-07:00MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-54075495008243209162011-03-24T01:33:00.000-07:002011-03-24T01:34:52.405-07:00MEMBANGUN GENERASI BERKARAKTER LEWAT PENDIDIKAN<div style="text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--></div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Problem besar yang melanda bangsa kita dewasa ini menjadi catatan kelam yang akan menjadi sejarah dan contoh buruk bagi anak cucu kita kelak. Persoalan korupsi, mafia peradilan dan mafia pajak, kolusi, nepotisme, runtuhnya kewibawaan pemerintah baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, kerusuhan berlatar SARA dan berbagai persoalan lain yang membelit bangsa ini bukan hanya merupakan implikasi dari buruknya sistem dalam ketatanegaraan kita, tetapi lebih dari itu, preseden buruk ini menjadi gambaran makro kegagalan bangsa kita membangun peradaban yang lebih berkarakter dan bermartabat. Pemerintah kita cenderung mengabaikan kondisi riil di masyarakat dan bangga dengan kalkulasi keberhasilan pembangunan (baca;pertumbuhan) berdasarkan angka-angka dan perhitungan matematis serta jempol dari negara-negara barat yang justru melenakan. Kepentingan asing yang merajai berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita, bukanlah hal yang tidak disadari oleh pemerintah. Tetapi karena kebergantungan kita kepada pihak asing telah membuat bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka secara <i style="">de jure</i> tetapi terjajah dalam konteks <i style="">de facto</i>. Pun sistem penegakan hukum kita carut marut oleh berbagai jaringan kepentingan yang berlindung dibawahnya. Penegakan hukum menjadi cenderung tebang pilih, menunggu moment dan kadang menjadi ajang barter bagi kalangan elit kekuasaan.<span style=""> </span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Berbagai seminar, symposium, dan dialog-dialog ilmiah lainnya telah dicoba dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan bangsa diatas. Namun banyak pula dialog yang menghadirkan para petinggi-petinggi kita yang berbicara namun bukannya menyelesaikan masalah justru semakin memperlebar borok yang tak kunjung sembuh tersebut. Konflik kepentingan para elit pun menjadi merebak sehingga mereka tidak lagi berbicara atas nama kepentingan rakyat secara umum, tetapi lebih pada kepentingan pribadi dan golongan. Lihat saja sandiwara yang dipertontonkan para wakil kita di Senayan. Setiap menyelesaikan persoalan bangsa sepertinya harus selalu melalui mekanisme voting atas nama demokrasi, dan pada saat hasilnya diumumkan, fraksi yang menjadi pemenang akan menyuarakan “ini adalah kemenangan rakyat, ini adalah kemenangan pihak yang benar, dan sebagainya dan sebagainya.....”. Lalu pertanyaannya, fraksi yang berada pada posisi kalah, itu kekalahan siapa?.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Pertanyaan tersebut tak perlu dijawab, tetapi mari kita lebih menatap jauh kedepan. Ketimbang saling menyalahkan lebih baik kita meninjau bagaimana peran pendidikan menjadi suatu<span style=""> </span>“organ vital” yang mampu menjawab berbagai persoalan bangsa tersebut. Pendidikan menjadi alternatif yang bersifat preventif, karena dengan pendidikan kita dapat membangun generasi baru yang lebih baik. Pendidikan yang diharapkan tentunya bersifat lebih humanis, mendorong semangat kemandirian serta mengembangkan karakter bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa yang bersumber dari nilai agama dan budaya. Walaupun output yang dihasilkan tidak serta merta menunjukkan hasil yang instan dan tidak bersifat menyelesaikan persoalan secara otomatis seperti yang diharapkan, namun setidaknya lewat rekayasa sosialnya, pendidikan dapat menjadi upaya mencegah merebaknya gejala-gejala kegagalan bangsa seperti yang mengemuka dewasa ini. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Pemerintah, lewat Kementerian Pendidikan Nasional telah mengupayakan berbagai terobosan guna mendukung upaya pengembangan pendidikan yang berorientasi pada penanaman pendidikan budaya dan karakter bangsa. Menyambut upaya itu, ada baiknya saya akan mengulas sedikit tentang persoalan karakter tersebut. </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang<span style=""> </span>terbentuk dari hasil internalisasi berbagai <b style="">kebajikan</b> (<i style="">virtues</i>) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">, dan </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">bertindak</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"> dalam interaksi sosial</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">. Kebajikan </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">yang dimaksud </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">ke</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">jujur</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">an</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">, </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">ke</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">berani</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">an</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> bertindak, </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">ke</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">percaya</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">an</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">, dan </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">saling meng</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">hormat</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">i</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> kepada </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">sesama serta prilaku lainnya yang telah melekat sebagai bentuk kebajikan sosial yang disepakati secara kultural dalam masyarakat</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">. </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan<span style=""> </span>karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">, dan upaya tersebut tentu melalui proses pendewasaan melalui pendidikan. </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Akan tetapi, karena manusia hidup dalam li</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">n</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">gkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang ber</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">s</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">angkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">budaya masyarakat, dan budaya bangsa.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Dalam konteks Sulawesi Barat, adalah propinsi yang sedang bertumbuh namun telah memiliki segudang keragaman kearifan lokal yang bersumber dari akulturasi budaya, suku, ras dan agama yang berkembang di masyarakat. Banyak kalangan yang menilai bahwa sebagian besar kearifan lokal budaya Sulawesi Barat yang dikenal dengan budaya Mandar dipengaruhi secara signifikan oleh nilai-nilai agama. Demikian pula sebaliknya, banyak ritual-ritual yang bersumber dari kebudayaan setempat yang kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seremoni keagamaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masih kentalnya nuansa kebudayaan serta pengamalan ajaran agama yang mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Beberapa hal dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa seperti budaya gotong-royong, sipakala’bi, sipakaraya, dan sipakatau, serta beberapa acara-acara seremonial keagamaan seperti perayaan maulid, to messawe totammaq, dan sebagainya.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Penanaman konsep-konsep budaya dan karakter bangsa melalui pendidikan mulai diintegrasikan dalam proses pendidikan di sekolah <span style=""> </span>sejak terbitnya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal itu didasari oleh tujuan nasional pendidikan kita bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak<span style=""> </span>serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Walaupun penerapan konsep itu sudah menjadi bagian integral dari sekolah atau lembaga pendidikan secara umum, namun penerapan konsep tersebut secara sistimatis, terencana, dan melembaga belum menjadi titik tekan yang dikedepankan dalam dunia pendidikan kita hari ini. Penilaian output pendidikan yang masih mengandalkan akumulasi nilai-nilai berdasarkan kemampuan kognitif masih menjadi kendala yang menyumbang terjadinya kepincangan dalam dunia pendidikan kita. Alih-alih membangun karakter, justru saat ini tenaga pendidik disibukkan dengan pengajaran untuk mengejar pencapaian target dan standar kelulusan yang juga masih mengandalkan kemampuan kognitif. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US">Oleh karena itu, sebagai stakeholder pendidikan dan dengan semangat otonomi, pemerintah, masyarakat dan para praktisi pendidikan harus merekayasa sebuah sistem pendidikan yang bertitik tolak pada pengembangan budaya dan karakter bangsa dan karakter lokal. Pemerintah Daerah harus merumuskan kebijakan sistem pendidikan yang menyeluruh dan terpadu, menyentuh berbagai lini, menggali potensi-potensi budaya dan karakter lokal, dan yang terpenting tidak hanya mengandalkan urusan pendidikan pada satu dinas tertentu seperti Dinas Pendidikan tetapi menerapkan pola pengembangan pendidikan pada semua sektor dalam pemerintahan maupun kemasyarakatan. Dalam konteks satuan pendidikan, setiap lembaga pendidikan harus menciptakan lembaga pendidikan yang mandiri yang mendorong terselenggaranya pengembangan karakter anak didik lewat penerapan kurikulum yang memuat berbagai kegiatan yang erat kaitannya dengan penanaman budaya dan karakter, baik yang bersifat kebangsaan maupun berciri lokal bagi siswa. Dan dalam konteks masyarakat, setiap individu dalam masyarakat harus memiliki kesadaran pribadi untuk bahu membahu bersama-sama menciptakan iklim lingkungan sosial yang saling mencerahkan, bernuansa pendidikan, serta suasana kondusif dan nyaman bagi terselenggaranya kehidupan kemasyarakatan yang lebih berkualitas.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"><span style=""> </span><span style=""> </span>Dan pada akhirnya, kita harus kembali pada komitmen awal bahwa pendidikan bagi generasi bukanlah tanggung jawab kelompok tertentu dan yang lainnya tidak memiliki andil apa-apa. Semua pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dan harus sinergi dalam mendorong terciptanya suasana belajar dan suasana pendidikan untuk membangun peradaban bangsa yang lebih kuat, berkarakter dan lebih bermartabat.<span style=""> </span>Oleh karena itu, tidak adanya sebuah sistem yang mengatur secara baik, maka problem pendidikan kita tidak hanya akan menjadi pemicu kegagalan pembangunan, tetapi juga memicu hilangnya jati diri bangsa yang pada akhirnya berujung pada hilangnya kedaulatan kita sebagai bangsa dan negara merdeka. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"> </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><span style="font-family: "Arial","sans-serif";" lang="EN-US"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"></span>MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-19927230568590528012011-03-24T01:27:00.000-07:002011-03-24T01:29:12.876-07:00KEMBALIKAN SUBSTANSI PEMILUKADA<span style="font-family: georgia;font-size:100%;" >Suhu kompetisi menuju kursi 01 pada pemilukada Majene semakin hot saja. Menjelang perhelatan demokrasi yang akan digelar 12 Mei mendatang, sejumlah kontestan yang sudah ter-add di KPU semakin gencar melakukan sosialisasi dan konsolidasi. Berbagai upaya untuk menarik simpul massa dan dukungan dilakukan mulai dari wilayah “kumuh perkotaan” hingga wilayah “modern pedesaan” yang terpencil sekalipun. Saling klaim area sebagai basis massa loyalis juga semakin gencar. Hampir setiap jengkal area di wilayah Majene sudah bukan lagi “milik” rakyat tetapi berubah menjadi kawasan properti para kontestan.<br />Pada level grass root, iklim perburuan juga semakin memanas. Aksi saling mengintip bak spionase, caracter assasinations, sampai catat-mencatat lawan yang berpotensi merusak konsentrasi massa loyalis juga dilakukan. Berbagai isu baik dari mulut ke mulut hingga short message service (sms) bermuatan fitnah yang tidak jelas juga ngalor-ngidul dan bias kemana-mana. Ancaman-ancaman dan intimidasi yang dilakukan oleh para tim sukses “bayangan” juga semakin marak dan mulai dipertontonkan secara vulgar. Laporan-laporan yang entah benar atau palsu dilayangkan kepada petinggi-petinggi di pemerintahan juga semakin santer dan sudah jadi “awam secret”. Anehnya (atau tidak aneh sama sekali), itu justru dilakukan oleh oknum-oknum yang dulunya adalah kawan, sahabat, kolega, bahkan keluarga. Tradisi diskriminatif, menjegal kawan sendiri, menggunting dalam lipatan, sikut kanan sikut kiri seakan menjadi keadaan yang lazim dan sah-sah saja dilakukan. Tidak perduli siapa, golongannya apa, asal bisa mendapatkan posisi yang lebih baik, kawan pun bisa dikorbankan. Para tim sukses pun tidak lagi konsentrasi untuk mencatat aspirasi rakyat, tetapi lebih konsentrasi untuk mengidentifikasi orang-orang yang akan “dijegal” dan “dimatikan” potensinya jika mereka menang dalam perburuan kekuasaan.<br />Fenomena ini semakin menelanjangi asumsi bahwa pada dasarnya masyarakat dan elit-elit kita belum memiliki kedewasaan yang cukup dalam berdemokrasi. Dan parahnya lagi, itu justru dilakonkan oleh para elit politik yang seharusnya menjadi garda terdepan untuk menyuarakan politik yang bersih, elegan dan santun. Pengkotak-kotakan dalam masyarakat yang dapat berujung pada kisruh sosial semakin menggejala justru dibiarkan dan tidak diminimalisir. Masyarakat dibiasakan untuk tidak kompromi pada perbedaan pendapat dan pilihan. Akibatnya, masyarakat menjadi terbiasa dengan karakter kompetisi hidup yang tidak sehat, mengabaikan kegotong-royongan dan terkungkung dalam kubangan ideologi individualistik. <br />Guru Besar Fakultas Hukum Unhas, Prof. Aswanto pernah menyatakan bahwa “Pemilukada adalah sarana demokrasi untuk menentukan pimpinan daerah, bukan sarana untuk menciptakan konflik,bukan sarana untuk mengkotak-kotakan masyarakat, dan bukan sarana untuk membagi-bagi kekuasaan atau jabatan”.<br />Apa yang dikemukakan diatas merupakan sebuah “warning” yang jelas bagi kita semua. Terlebih lagi bagi pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam perhelatan demokrasi tersebut. Susunan frasa yang dikemukakan Prof. Aswanto diatas bukanlah asumsi tanpa dasar dan analisa yang tidak kuat. Ada fakta-fakta yang menyeruak kepermukaan bahwa sebagian besar pemilukada tidak lagi menjadi ukuran legitimasi yang tepat dalam menentukan pemimpin terpilih adalah yang terbaik bagi suatu daerah. Indikasinya terdapat pada adanya berbagai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para kontestan baik pra pemilihan, proses pemilihan hingga pasca pemilihan. Fakta-fakta seperti merebaknya money politic, penggelembungan suara, intimidasi terhadap masyarakat sipil dan PNS, janji-janji promosi dan penempatan para pejabat daerah yang tidak mempertimbangkan asas kapabilitas dan kompetensi, serta pembagian jatah kekuasaan yang tidak proporsional menjadi ekses negatif yang mewarnai hampir sebagian besar pemilukada yang terjadi di Indonesia. Akibatnya, pemilukada tidak lagi menjadi ajang seleksi pemimpin yang berkualitas, tetapi menjadi lahan empuk bagi para penjilat dan yang siap dijilat untuk melakukan aksi “jilat-jilatan”.<br />Melihat kondisi ini, why not? jika kemudian rakyat menjadi apatis. Ada yang berpandangan ingin “golput” saja, tapi ada pula yang berpandangan, daripada tidak dapat apa-apa lebih baik berdiri pada sisi oportunis. Siapa yang kasih “fulus” dengan digit yang lebih mentereng, itu yang menjadi pilihannya. Yang lebih ekstrim lagi, ada yang berkelakar, sebaiknya KPU tidak usah menggelar pemilukada tapi cukup mengundi saja para kontestan yang berlaga.<br />Mengingat semakin kasifnya waktu ke hari H pemilihan, ada baiknya mulai sekarang para kontestan memformat ulang metode pendekatan mereka kepada masyarakat. Para kontestan tidak perlu merasa was-was. Jika semua kontestan komitmen untuk menggunakan strategi yang lebih santun dalam berpolitik, maka implikasi kebaikan tidak hanya didapatkan pada momen pemilukada saja, tapi kedepannya akan semakin meminimalisir dampak negatif yang timbul dalam masyarakat. Pun kepada masyarakat, tidak perlu terlalu sentimentil mendengar manisnya rayuan para kontestan, tetapi analisa secara realistis dan mendalam untuk menentukan pinangan adalah ikhtiar solusi yang lebih baik. Majene adalah daerah miskin PAD, maka gantungkanlah harapan pada calon pemimpin yang menjanjikan dan mengajak ke masa depan dengan konsep-konsep yang realistis, bukan program-program bombastis yang justru mengaburkan aspek rasionalitas. Bukan pula mereka yang menjanjikan mimpi-mimpi kesejahteraan, tanpa program-program yang tepat dan tersistimatis. Pun pada mereka yang menjanjikan perubahan, perubahan adalah sunnatullah dan pasti terjadi. Tidak ada seorangpun yang bisa mengklaim bahwa kata perubahan hanya milik golongannya saja dan yang lain pro status quo. Yang mendesak saat ini adalah siapa aktor yang akan membawa perubahan Majene ke depan, bukan hanya jargon tanpa konsep. Ibarat mengobati orang yang sakit, tanpa dokter dan resep yang tepat mustahil akan mendapatkan kesembuhan, justru akan melahirkan komplikasi terhadap penyakit yang lain. <br />Pada akhirnya semua diserahkan pada pilihan dalam bilik 50 x 50 cm itu. Gunakan pertimbangan nurani dan akal sehat dalam memilih. Dengan demikian akan lahir analogi yang tepat sebagai “suara rakyat adalah suara Tuhan” bukan “suara rakyat adalah suara uang”. Dan yang terpenting, untuk yang sekedar iseng-iseng, tidak usah memaksakan diri untuk berusaha terlibat jauh dalam intrik-intrik politik yang tidak sehat, tetapi mari membudayakan politik yang santun dan saling menghargai satu sama lain serta mengembalikan perhelatan pemilukada pada substansinya.<br /></span>MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-63419034645695533382011-02-16T04:52:00.000-08:002011-02-16T04:54:19.345-08:00MEMAKNAI KEPEMIMPINAN RASUL<div style="text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Peringatan Maulid atau kelahiran Rasulullah Saw yang jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2011 merupakan sebuah momentum sejarah yang tak pernah terlewatkan oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia. Maulid berasal dari bahasa arab yang berarti hari lahir. Menurut sejarahnya, peringatan maulid diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said Al-Qaqbury seorang gubernur Irbil,Irak, pada masa pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Bahkan ada pula yang berasumsi bahwa peringatan maulid adalah ide Salahuddin sendiri yang tujuannya untuk membangkitkan semangat kecintaan pada Rasulullah Saw dan menjaga semangat patrotisme pasukan muslimin yang terlibat perang Salib pada masa itu. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Terlepas dari berbagai aliran yang berbeda pendapat tentang hukum perayaan maulid, di Indonesia peringatan maulid menjadi tradisi dan ritual yang cukup melekat dan membudaya. Setiap tahun, kegiatan seremonial seakan menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk merayakannya. Ritual yang dilakukan pun sangat beragam dan umumnya sangat erat kaitannya dengan tradisi yang berkembang secara turun temurun dalam suatu komunitas masyarakat. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Semakin maraknya peringatan maulid Nabi Muhammad Saw mempertegas bahwa Muhammad merupakan sosok nabi dan rasul serta pemimpin yang tidak akan lekang oleh jaman. Bahkan seorang Michael Hart menempatkan Muhammad Saw sebagai sosok nomor satu dari seratus tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Kesimpulan ini tentu lahir dari fakta bahwa memang sampai saat ini tidak ada sosok pemimpin di belahan dunia ini yang mampu menyamai pengaruh yang ditorehkan oleh Nabi sejak kelahirannya sampai sekarang ketika beliau telah ribuan tahun wafat. Nabi Muhammad Saw menjadi sosok yang fenomenal dengan segala atribut yang melekat padanya baik sebagai Rasul maupun pemimpin umat dan pemimpin pemerintahan.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Sekedar untuk tidak melupakan sisi lain dari kehidupan Rasulullah, peringatan maulid tahun ini – yang khususnya bagi masyarakat Sulawesi Barat dan Majene yang akan menjelang perhelatan pesta demokrasi untuk memilih calon pemimpin di 2011-2016 – menjadi momen yang sangat istimewa. Didasari oleh semangat untuk menciptakan kepemimpinan yang lebih baik dan lebih menjanjikan sangat relevan jika kita sedikit menengok pada sisi kepemimpinan Rasulullah. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Ada tiga dimensi yang bisa kita adaptasi dari watak kepemimpinan Rasul. Yang pertama bahwa beliau adalah sosok pemimpin yang holistic. Beliau mampu menjadi pemimpin yang menguasai berbagai peran dalam bidang kehidupan. Beliau membangun karakter kepemimpinan dari dirinya sendiri dengan menciptakan suasana kehidupan yang mandiri sejak beliau kecil. Dimasa kecil beliau tumbuh tanpa belaian kasih kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu menghadap pada sang khalik. Memasuki usia remaja, beliau menjadi penggembala domba dan ikut berdagang mengikuti kafilah-kafilah Bani Hasyim yang kala itu sering bepergian keluar kota untuk berniaga. Pun pada saat beliau beranjak dewasa, masih sempat menjadi orang kepercayaan Khadijah binti Khuwailid yang kemudian menjadi istri pertama beliau. Aktivitas berdagang membuat beliau tumbuh menjadi sosok yang ulet, jujur dan menjadi kepercayaan orang banyak. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Dalam kehidupan rumah tangga, beliau mampu menerapkan kepribadian dan sosok yang adil meskipun harus membimbing sembilan orang istri. Demikian pula dalam konteks bermasyarakat yang lebih luas, beliau menjadi panutan baik oleh kawan maupun lawan. Beliau mampu menampilkan kehidupan bermasyarakat yang saling menghargai perbedaan, bahkan pada perbedaan agama sekalipun. Sistem politik yang beliau kedepankan mampu melahirkan tatanan bernegara yang lebih bermartabat. Juga dalam menerapkan sistem pendidikan, beliau menjadikan masyarakat lebih bermoral, dan tercerahkan. Begitu pula dalam sistem penegakan hukum. Beliau tidak pandang bulu dalam menyikapi setiap tindakan yang melanggar keadilan masyarakat. Bahkan sendainya ada keluarganya yang terlibat dalam pelanggaran hukum, maka ganjaran hukum pun diterapkan sama sesuai dengan konsekwensi hukum yang berlaku secara umum. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Kedua, beliau adalah sosok pemimpin yang accepted atau dapat diterima dan diakui oleh kalangan manapun. Sejak masa kenabian hingga saat ini, keteladanan Rasulullah menjadi inspirasi bagi berbagai kalangan. Tidak ada yang akan menampik keberadaan beliau jika suatu waktu karakter kepemimpinan beliau diperbandingkan dengan pemimpin manapun. Kepemimpinan Rasulullah dijelaskan secara tegas dalam Al-qur’an yang berbunyi : “Laqad jaa’akum rasuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ’anittum hariisshun ‘alaikum bil mu’miniina rauufun rahiim” yang tafsirannya berbunyi : “benar-benar telah datang kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian sendiri yang berat terasa olehnya (tak tahan ia melihat) penderitaan kalian; sangat menginginkan (keselamatan dan kebahagiaan) bagi kalian; dan terhadap orang-orang yang beriman penuh kasih sayang lagi penyayang” (QS. 9 : 182 ). Rasulullah adalah contoh pemimpin yang tidak hanya memikirkan kepentingan pribadinya, tetapi sangat concern terhadap kondisi umatnya. Bahkan dikisahkan sesaat sebelum kematiannya, beliau masih menyempatkan menanyakan bagaimana nanti nasib umatnya. Begitu sayangnya Nabi pada umatnya, bahkan dicontohkan suatu waktu Nabi pernah datang menghibur seorang umatnya yang bersedih akibat kematian burung kesayangannya dan mendo’akan agar ia segera mendapatkan gantinya. Orang-orang diluar Islam bahkan sangat mengagumi bagaimana Nabi Muhammad mencintai dan dicintai umatnya. Mereka bahkan mengandaikan, seandainya Muhammad menyeru pada umatnya untuk menceburkan diri kedalam sungai yang dalam, maka umatnya pun akan melakukannya dengan ikhlas.</span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Dimensi ketiga kepemimpinan Rasulullah adalah bahwa beliau seorang pemimpin yang proven. Beliau sosok pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi masyarakatnya. Beliau tidak hanya pandai berkata-kata tetapi mampu membuktikan lewat kenyataan apa yang diucapkannya. Beliau memiliki proyeksi kedepan yang lazim disebut visioner. Sepak terjang beliau menjadi panutan, bagaimana beliau mampu merubah peradaban masyarakat Makkah dan Madinah dengan pendekatan persuasif berlandaskan prinsip “hikmah” dan “mauidzatil hasanah”. </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">Ketiga dimensi kepemimpinan Rasulullah tersebut bukan tidak mungkin dapat diadaptasi oleh calon pemimpin dimasa kini dan yang akan datang. Konsep-konsep kepemimpinan beliau tetap akan menjadi rujukan yang aktual bagi segala zaman. Sebagaimana Allah Swt menjaga kesucian Al-Qur’an, maka demikianlah kepemimpinan Rasulullah. Suatu waktu ketika kepada Sayyidatina Aisyah ditanyakan tentang akhlak Rasulullah, maka Aisyah menjawab “Kaana Khuluquhu Al-Qur’an” (Budi pekertinya adalah Al-Qur’an). Jawaban Aisyah tersebut memberi gambaran bahwa barangsiapa yang ingin mengenal Rasulullah maka kenalilah Al’Qur’an, pelajari maknanya dan ejawantahkan dalam segala sendi kehidupan, termasuk persoalan kepemimpinan. Wallahu a’lam bissawab.</span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;">(disari dari berbagai sumber)<br /></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> </span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span style=""> </span></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"> </span></p>MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-38164886126667218482011-02-02T21:38:00.000-08:002011-02-02T21:40:26.844-08:00BERBURU KEMENANGAN<span style="font-size:100%;"><span style="font-family: arial;">Hingar bingar pemilukada Majene yang akan digelar pada tanggal 12 Mei 2011 telah menjelma menjadi bahan diskusi publik yang mengemuka akhir-akhir ini. Mulai dari cafe mewah hingga warung-warung “kentaki” (kentara kakinya) yang banyak dipinggir jalan hampir menjadikan isu pemilukada sebagai wacana paling gres. </span><br /><span style="font-family: arial;">Namun dari sekian pembicaraan yang sempat masuk di kuping saya, hal yang paling memiriskan saya adalah berbagai alasan yang terlontar dari mulut mereka tentang arah dukungan pada calon-calon tertentu. Alasan klasik yang paling mendominasi tak lain berbicara pada persoalan uang. Kekayaan para calon menjadi bahan kampanye paling populer bagi mereka. Kekayaan para calon membangkitkan semangat mereka memilih calon tertentu dengan harapan pada hajatan lima tahunan tersebut mereka akan meraup rupiah sebanyak mungkin.</span><br /><span style="font-family: arial;">Yang tak kalah hangat pula adalah siapa calon yang sanggup mendatangkan artis ibukota paling populer saat ini. Kalau kemarin Calon Incumbent sempat mendatangkan Nurdin KDI dan Siti KDI yang tak lain adalah artis berdarah Mandar, maka diisukan bahwa salah satu calon lain akan mendatangkan artis yang lebih top semisal Rhoma Irama ataupun Ridho Rhoma. Bisa jadi kemudian akan ada calon yang mewacanakan untuk mendatangkan Julia Perez atau Dewi Perssik misalnya. Bukan mustahil, selain karena tak mau dianggap minim biaya, para calon tersebut tentu tidak akan mempertaruhkan gengsi mereka. Kalau memang merasa mampu membayar rakyat, tentu membayar untuk mendatangkan artis ibukota juga menjadi hal kecil.</span><br /><span style="font-family: arial;">Masalahnya kemudian, rakyat menjadi terbius dan kemudian menjadi bisu. Tak ada lagi nalar kritis dalam memilih pemimpin yang paling sejati dan diharapkan. Semua tergantung pada seberapa besar mereka mampu meyakinkan konstituen bahwa mereka memiliki pundi-pundi uang yang masih tersimpan di brankas untuk hari H. Wajah-wajah lugu rakyat dibiarkan melongo seperti anjing dengan lidah menjulur menunggu para tuannya melemparkan tulang padanya. Sementara si anjing tak tahu bahwa tulang tersebut dipungut dari tempat sampah atau dari mana. </span><br /><span style="font-family: arial;">Yang lebih memiriskan lagi, dalam pandangan kasat mata saya pada diskusi-diskusi warung tersebut, menemukan fakta bahwa justru kebanyakan yang tua-tua ini memberi contoh buruk pada generasi muda. Mereka yang tua-tua, doyan kopi ,rokok, judi, puber kesepuluh, perut gendut atau kurus kerempeng, malas kerja rajin nongkrong, mempertontonkan kepada generasi muda kemampuan mereka beretorika yang didapat secara otodidak untuk tidak perlu pusing dengan pemilukada. Ungkapan mereka “siapa kasi uang, itu yang kita pilih” menjadi virus yang menyebar sangat cepat. Upaya-upaya “imunisasi” yang dilakukan KPU malah menjadi mandul dan kalah pamor. </span><br /><span style="font-family: arial;">Kalau begini jadinya…jangan berharap ada pemimpin yang akan memajukan Majene jika tak mampu menghilangkan ketergantungan masyarakat yang sudah akut tersebut…..</span><br /><br /></span>MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-73112345182123228022010-05-10T01:29:00.000-07:002010-05-10T01:30:20.524-07:00KISAH PUA' MANYANG KEPINCUT FACEBOOK<div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">“Rakyat tidak menginginkan pemimpin yang hanya peduli pada golongan</span><br /><span style="font-style: italic;">sendiri, daerah sendiri, kerabat sendiri, pemimpin yang egoistik. Atau</span><br /><span style="font-style: italic;">pemimpin mabuk kuasa, yang takut kehilangan kursi. Para pemimpin ini</span><br /><span style="font-style: italic;">berdiri tegak di depan dengan panji-panjinya, dan di belakang, ribuan massa</span><br /><span style="font-style: italic;">pendukungnya. Namun, suara seorang pemimpin politik sekarang ini, meski</span><br /><span style="font-style: italic;">jelas-jelas demi kepentingan seluruh bangsa, tetap saja ditafsirkan bagi</span><br /><span style="font-style: italic;">kepentingan kelompoknya. Mereka ini adalah tokoh-tokoh dengan kepentingan</span><br /><span style="font-style: italic;">golongan, massa tertentu, demi tujuan tertentu pula. Ia mengabdi untuk masa</span><br /><span style="font-style: italic;">kini yang dekat dan untuk persoalan-persoalan aktual saja. Tanda gambarnya</span><br /><span style="font-style: italic;">kami, dan bukan tanda gambar kita. Dan karenanya, sulit memperoleh</span><br /><span style="font-style: italic;">kepercayaan dari massa dan golongan lain”.(Sri Sultan Hamengku Buwono X)</span><br /><br />Alkisah, diceritakan dalam suatu kampung di pedalaman Sendana tinggallah seorang tua bernama Pua' Manyang bersama istri dan seorang anak semata wayangnya. Pua' Manyang sebenarnya tidak dikenal sebagai nama yang lazim bagi seseorang yang lahir di kampung tersebut. Apalagi Pua' Manyang hanya berasal dari golongan masyarakat biasa. Nama Pua' Manyang melekat justru karena kebiasaan Pua' Manyang yang hobby menenggak minuman keras tradisional dari daerah mandar yaitu "Manyang Pai' (Tuak). Kebiasaan Pua' Manyang dalam mengkonsumsi minuman tersebut tanpa kenal waktu membuat nama aslinya, Rusli berubah panggilannya menjadi Pua' Manyang. Namun, kebiasaan Pua' Manyang tersebut justru mengantarkan Pua' Manyang menjadi idola di kampungnya. Pua' Manyang menjadi terkenal karena guyonan politiknya yang selalu menghentak publik atau masyarakat disekelilingnya. Apalagi jika Pua' Manyang sedang teler, hampir semua kata-kata yang keluar dari mulutnya menjadi tren bahasa politik di kampungnya.<br />Tutur dan kosa kata bahasa mandar Pua' Manyang lain dari yang lain. Hal ini yang membuat banyak para politikus datang menyambangi rumah Pua' Manyang untuk sekedar mengajaknya minum lalu kemudian berguru kepada Pua' Manyang beberapa "pepasang leluhur Mandar" yang banyak diketahui olehnya. Menjelang Pemilihan Bupati di Majene pada 2011 mendatang, rumah Pua' Manyang tidak lagi hanya didatangi oleh para politikus, tetapi kadang-kadang Pua' Manyang diboyong ke rumah para politikus sampai berhari-hari.<br />Akibat pergaulan dengan para politikus tersebut, Pua' Manyang menjadi sangat sering keluar rumah. Jika bukan para politikus itu yang datang kerumahnya, maka Pua' Manyang yang akan pergi menyambangi rumah politikus tersebut. Dari pergaulan itu pula Pua' Manyang akhirnya berkenalan dengan jejaring sosial bernama Facebook (baca:fesbuk). Pergaulan dengan Facebook menjadi sensasi tersendiri bagi Pua' Manyang. Meskipun dulunya gaptek, sekarang Pua' Manyang sudah bisa mengoperasikan komputer meskipun hanya tahu membuka Facebook saja. Itupun dia harus berjalan kaki kurang lebih 10 km dari rumahnya untuk numpang pinjam komputer politikus kenalannya di pusat kota kecamatan Sendana. Satu hal yang menjadi teladan bagi Pua' Manyang karena ia tidak mudah dipengaruhi oleh iming-iming harta dari beberapa politikus kenalannya. Pernah Pua' Manyang ditawari Laptop oleh seorang politikus yang tahu kegandrungan Pua' Manyang bermain Facebook, namun Pua' Manyang menolak dengan alasan tak ada listrik dikampungnya...setengah diplomatis Pua' Manyang berkata "Na'u, perjuangkammi dzolo' listiri’ mettama dikappungngu anna' mala iting utarima pappebengammu, nau apai laptop mua' andattoi namala upake? masaemi pakkappung ma'eppei janji-janjimmu, lambi' dite'e andatto a'dupanna" (Nak, perjuangkanlah dulu listrik masuk dikampungku baru saya bisa menerima pemberianmu, buat apa laptop jika tidak juga bisa saya gunakan? masyarakat sudah lama menanti janji-janjimu, sampai sekarang tidak juga ada hasilnya). Muka politikus yang sekarang menjadi legislator tersebut tersipu malu dan sadar dengan kecerobohannya. Dalam hati Pua' Manyang "bersabda": "Masaemo' macanga appo...".<br />Namun disisi lain, kenyataan ini membuat Indo' Manyang (istri Pua' Manyang) sering meradang. Kepergian Pua' Manyang selama berhari-hari karena kecanduan Facebook membuat Indo Manyang sering naik pitam. Apalagi kesenangannya menghisap ”bakal” (tembakau) menjadi terganggu. Maklum, Pua' Manyang sering membawa serta bakal dan kertas lintingannya jika pergi keluar rumah. Dan yang paling membuat Indo' Manyang tidak senang adalah karena di Facebook Pua' Manyang selalu berpolitik dan mengganggu ipar dari adik iparnya yang mau mencalonkan diri jadi Bupati. Pua' Manyang sekarang telah memiliki akun Facebook yang setiap harinya menyampaikan unek-unek politiknya kepada kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Majene. Kadang-kadang Pua' Manyang berdiri pada posisi menengahi perselisihan para politikus di facebook, kadang pula Pua' Manyang menyampaikan pandangan "intelektual"nya yang didapat secara otodidak dari pergaulannya. Pua' Manyang malah menjadi sensasi di Facebook. Perdebatan politik di Facebook tanpa kehadiran Pua' Manyang akan menjadi hambar. Pua' Manyang sering hadir jika perdebatan telah mencapai puncak perseteruan yang memanas bahkan keluar dari substansi persoalan. Tak jarang Pua' Manyang harus melerai para politikus yang saling menuding dan mencela serta mencari-cari kesalahan sesamanya. Tak jarang pula Pua' Manyang harus menelan pil pahit, disemprot para politikus jika komentar-komentarnya dianggap memihak salah satu pihak. Namun bukan Pua' Manyang namanya jika tak lihai berkelit...ada-ada saja ungkapan Pua' Manyang yang membuat dia urung dipersalahkan.<br />Kembali ke Indo' Manyang. Menyadari kegandrungan Pua' Manyang tak dapat dibendung lagi, akhirnya Indo' Manyang berinisiatif belajar membuat akun Facebook. Diam-diam tanpa sepengetahuan Pua' Manyang ia berguru Facebook pada ipar adik iparnya yang mencalonkan diri jadi Bupati. Segala macam komentar, status dan catatan yang menyudutkan ipar adik iparnya tersebut dibantah dengan segala cara, termasuk harus menghina lawan politiknya secara fisik. Kata-kata "Arepus,Pullado',menjadi "tai pau" yang sering keluar dari komentar-komentarnya. Bahkan ia pun berani menghina Pua' Manyang suaminya yang sekian tahun menghidupinya dari sebidang kebun 10 meter persegi, itupun didapat dari pemberian tuan tanah yang juga politikus. <br />Perseteruan Pua' Manyang dan Indo' Manyang di Facebook memang tidak natural. Karena kebanyakan komentar Indo' Manyang justru berasal dari "bisik-bisik tetangga" yang mengajari Indo Manyang. Makanya Komentar-komentar Indo' Manyang menjadi sering tidak nyambung. Hal ini yang membuat Pua' Manyang tidak memperdulikan kata-kata Indo' Manyang dan malah semakin semangat mengutarakan "kutukannya" di Facebook. Dari nadanya, sebenarnya Pua' Manyang sangat sayang kepada Indo' Manyang, namun terlanjur sakit hati yang sudah terakumulasi membuat Indo' Manyang juga tak perduli lagi dengan nasehat Pua' Manyang. Apalagi selama ini, untuk membuat dapurnya tetap ngebul, kadang-kadang keuangan Indo' Manyang harus disubsidi oleh ipar adik iparnya yang politikus tersebut. <br />Perseteruan Pua' Manyang dan Indo Manyang bukan hanya berimbas pada keretakan hubungan rumah tangganya. Anaknya, I Manyang turut menjadi korban. I Manyang yang dulunya rajin sekolah sekarang menjadi pemalas dan sering berbuat onar di kampung. Menyabung ayam dan berkelahi menjadi hobby baru I Manyang semenjak kedua orang tuanya sibuk main Facebook. I Manyang tak perduli lagi dengan rumanhya, bahkan ia lebih senang tidur di pos ronda bersama para petugas ronda malam ketimbang tidur dirumahnya. Sebenarnya I Manyang juga ingin belajar main Facebook, tapi ia takut pada orang tuanya. Ingin rasanya I Manyang mencurhatkan kekesalannya di Facebook agar dapat dibaca oleh para pengguna Facebook. Tapi apa daya, jangankan orang lain, orang tuanya sendiri tak lagi perduli pada dirinya. Bahkan ketika I Manyang meminta uang pada orang tuanya untuk berguru ke pulau Jawa, I Manyang malah ditendang oleh ibunya dan mengatakan nanti orang Jawa yang di”rental” dan dibawa kesini (Ke Majene:red).<br />Demikian sepenggal kisah tragis Keluarga Pua' Manyang di Facebook. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Tunggu episode selanjutnya.<br />Cerita ini bukan mengisyaratkan Facebook tak bermanfaat, tetapi kecenderungan buruk dalam mengelola akun Facebook sebagai jejaring sosial menjadi ajang pelecehan telah menjadi pelajaran betapa dialog yang cerdas itu menjadi sangat penting, termasuk di Facebook. Budaya memperalat dan diperalat seyogyanga tidak dibawa kedalam ranah pergaulan terutama bagi orang yang mengaku intelek dan terhormat. Tapi, mari jadikan Facebook sebagai wadah persatuan dalam membina kebersamaan untuk membangun daerah, negara dan bangsa kita. Jadikan Facebook sebagai wahana diskusi yang sehat, cerdas dan mencerahkan bagi siapa saja. Termasuk keluarga Pua' Manyang yang sampai saat ini tak pernah menampakkan wajah aslinya di Facebook.....<br />Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama, karakter, alur cerita dan lokasi, mohon jangan ditanggapi berlebihan, tapi anggaplah ini bagian dari guyonan Mandar kontemporer. Semoga Bermanfaat!! (Wassalam) <br /></div>MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-89551343810885490302010-05-05T00:01:00.000-07:002010-05-05T00:03:25.847-07:00Dimensi Kepemimpinan Aparatur dalam Perspektif Pelayanan Publik: Building the TrustOne of the public administration reform agenda is to create a<br />responsive and accurate public management to provide good public<br />service. The emergence of public dissatisfaction and disappointed<br />toward government leadership caused by unability of public leaders<br />to make a significant change in public administration practice and<br />better life of people. Therefore, public organisation needes visionary<br />leadership who are able to provide a truly citizen-centered public<br />service. Leaders who could build public trust to government.<br />Key words: Public service reform, service leadership, public trust.<br /><br />Dimensi kepemimpinan telah lama menjadi kajian yang menarik terutama<br />terhadap keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi. Kompetensi<br />kepemimpinan dapat diketahui dari keberhasilan seseorang dalam<br />kepemimpinannya bagi pencapaian tujuan organisasi. Seorang pemimpin<br />aparatur dituntut harus mampu membawa organisasi publik yang<br />dipimpinnya memberikan pelayanan yang berkualitas.<br />Hudges (1992) mengatakan bahwa ”government organization are created by the<br />public, for the public, and need to be accountable to it.” Organisasi publik dibuat<br />oleh publik, untuk publik, dan karenanya harus bertanggung jawab kepada<br />publik. Bertumpu pada pendapat ini, pemimpin organisasi publik diwajibkan<br />berakuntabilitas atas kinerja yang dicapai organisasinya. Tujuan utama<br />organisasi publik adalah memberikan pelayanan dan mencapai tingkat<br />kepuasan masyarakat seoptimal mungkin.<br />Karakteristik manajemen pelayanan pada sektor publik sebagai suatu keseluruhan<br />kegiatan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah, memiliki dasar hukum<br />yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki kelompok kepentingan yang luas<br />termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholders), memiliki tujuan<br />sosial serta akuntabel pada publik. Sejalan dengan perkembangan manajemen<br />penyelenggaraan negara, dan dalam upaya mewujudkan pelayanan prima, paradigma<br />pelayanan publik berkembang dengan fokus pengelolaan yang berorientasi pada<br />kepuasan pelanggan (customer-driven government) yang dicirikan dengan lebih<br />memfokuskan diri pada fungsi pengaturan, pemberdayaan masyarakat, serta<br />menerapkan sistem kompetisi dan pencapaian target yang didasarkan pada visi, misi,<br />tujuan dan sasaran.<br />Tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas,<br />mengharuskan pembenahan dalam manajemen publik. Masih tingginya<br />tingkat keluhan masyarakat pengguna jasa menunjukkan bahwa pemerintah<br />sebagai organisasi publik masih belum sepenuhnya mampu menciptakan<br />sistem pelayanan yang akseptabel dimata rakyat. Hal ini sedikit banyak telah<br />membawa dampak menurunnya kepercayaan publik terhadap organisasi<br />publik. Nunik (2001) mengatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat<br />(public trust) kepada organisasi publik mulai menurun. Lebih lanjut dikatakan<br />bahwa pada kebanyakan organisasi publik masih sering dijumpai fungsi<br />pengaturan yang lebih dominan dibanding fungsi pelayanan. Berbagai hasil<br />survey (termasuk pooling) juga memperlihatkan adanya kecenderungan<br />penurunan kepercayaan dan keyakinan publik terhadap organisasi publik.<br />Misalnya, survey ”Rethinking Government 2000” di Canada yang dilakukan oleh<br />Ekos Research Associates Inc. menemukan hanya 16% dari publik yang percaya<br />bahwa pemerintah membuat keputusan yang sejalan dengan kepentingan<br />publik. Hal ini tentu harus disikapi dengan bijaksana yaitu dengan interospeksi<br />dan selanjutnya melakukan perubahan dan perbaikan yang signifikan.<br />Untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, pemerintah telah<br />melakukan berbagai agenda reformasi manajemen publik. Secara garis besar,<br />terdapat 3 (tiga) metode reformasi manajemen publik yaitu : (1) Methods to<br />Improve Service Delivery, (2) Methods to Increase Efficiency, dan (3) Methods to<br />Improve Governance. Metode ini mengisyaratkan bahwa agenda peningkatan<br />kualitas pelayanan publik, peningkatan efisiensi dan peningkatan governance<br />(dengan tiga pilarnya) selalu menjadi agenda utama dalam reformasi<br />manajemen publik di berbagai Negara. Di Indonesia ketiganya menjadi agenda<br />penting yang menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan publik.<br />Dalam melaksanakan agenda reformasi manajemen publik diatas, terdapat<br />dua pihak yang seharusnya dapat saling bekerja sama untuk mewujudkan<br />pelayanan yang berkualitas. Di satu sisi, kita menghadapi masyarakat yang<br />semakin kritis dan juga kondisi mereka yang terhimpit kebutuhan dan ekonomi<br />yang sebagian besar berada pada golongan menengah ke bawah, sehingga<br />tuntutan mereka ingin segera diatasi dengan cepat, tepat dan murah. Sehingga<br />ketika upaya reformasi manajemen publik yang dilakukan pemerintah belum<br />secara optimal mampu memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, masyarakat<br />selalu memberikan label negatif dan terkadang berperilaku distruktif, tidak<br />mendukung berbagai agenda yang dicanangkan pemerintah.<br />Di sisi lain, kita harus mengapresiasi bahwa saat ini pemerintah terus<br />bergerak dan berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.<br />Berbagai kebijakan, strategi dan program baik secara nasional maupun daerah<br />diarahkan pada agenda-agenda peningkatan kualitas pelayanan publik,<br />penerapan konsep efisiensi dalam sektor publik (karena masalah keterbatasan<br />anggaran), dan juga kolaborasi ketiga pilar good governance serta menerapan<br />prinsip-prinsipnya. Upaya tersebut membutuhkan waktu dan dukungan<br />masyarakat.<br />Dengan kondisi tersebut, satu tahap penting yang harus dilakukan<br />pemerintah pada saat ini adalah membangun kepercayaan masyarakat<br />terhadap kinerja pemerintah. Dalam tahap inilah kita membutuhkan suatu<br />kepemimpinan yang berkinerja tinggi dan mampu melakukan pendekatan<br />kepada masyarakat untuk mengakomodasi tuntutan kebutuhan dan<br />permasalahan. Salah satu indikator keberhasilan seorang pimpinan dalam<br />mengembangkan ‘truly citizen-centered’ adalah apakah pendekatan kepada<br />masyarakat yang mereka lakukan berjalan dengan efektif dan juga terjamin<br />kelangsungannya atau sebaliknya gagal untuk menjalin hubungan dengan<br />masyarakat.<br />A. Kepemimpinan dan Pelayanan Publik<br />Kepemimpinan menjadi salah satu faktor kunci dalam kehidupan<br />organisasi, termasuk pada sektor publik. Thoha (2004) menyatakan bahwa<br />suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan<br />oleh faktor kepemimpinan. Begitu pentingnya masalah kepemimpinan ini,<br />menjadikan pemimpin selalu menjadi fokus evaluasi mengenai penyebab<br />keberhasilan atau kegagalan organisasi.<br />Kepemimpinan (leadership) menurut Ensiklopedia Umum-Kanisius (1993),<br />diartikan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan kelompok manusia<br />karena ada kepentingan yang sama. Hubungan itu ditandai oleh tingkah laku<br />yang tertuju dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin. Jadi dalam<br />kepemimpinan, tentu akan melibatkan unsur pemimpin (influencer) yakni<br />orang yang akan mempengaruhi tingkah laku pengkikutnya (influencee) dalam<br />situasi tertentu. Sedangkan Gibson, et. al (1992) mendefinisikan kepemimpinan<br />sebagai kemampuan di dalam mempengaruhi sekelompok orang untuk<br />bersama-sama mencapai tujuan. Pengertian yang senada juga dikemukan oleh<br />Chowdhury (2003) bahwa “Exercising leadership inevitably involves having<br />influence. One cannot lead without influencing other”. Sumber dari pengaruh bisa<br />berupa pengaruh formal yang telah ditetapkan secara organisasional sehingga<br />seorang pemimpin mampu mempengaruhi orang lain semata-mata karena<br />kedudukan di tingkat manajerial. Jadi kepemimpinan merupakan suatu proses<br />dimana seseorang mempengaruhi kebiasaan orang lain ke arah penyelesaian<br />tujuan yang spesifik yang mengarah kepada teaching organization untuk dapat<br />melatih dan mengembangkan knowledge, skill, dan attitude setiap individu<br />dalam organisasi.<br />Perkembangan konsep kepemimpinan sampai pada apa yang disebut<br />sebagai kepemimpinan transformasional (transformational leadership) yang<br />dipelopori oleh Bernard M. Bass sebagai kelanjutan studi dari J.M. Burn pada<br />tahun 1978. Kepemimpinan transformasional didasarkan pada perubahah nilai,<br />keyakinan yang dipromosikan oleh pemimpin dan kebutuhan dari<br />pengikut/pegawainya (Luthan, 1995). Simic (1998) dengan mengutip pendapat<br />Stoner menyatakan bahwa pemimpin transformasional mendorong para<br />pegawai untuk mengerjakan lebih dari apa yang dapat dikerjakan,<br />meningkatkan perasaan bahwa apa yang dikerjakan adalah penting dan<br />bernilai, dan menjadikan pegawai sampai pada prinsip bahwa kepentingan<br />organisasi yang utama.<br />Lebih lanjut Simic (1998) dengan mengutip pendapat Galpin<br />menegaskanenam cirri kepemimpinan transformasional, dua diantaranya yang<br />terkait erat dengan manajemen sumber daya manusia adalah menghargai<br />orang lain (appreciation of others) dan pengakuan (recognition). Menghargai orang<br />lain mengandung makna komunikasi dua arah yang juga mencerminkan<br />prinsip mendengarkan pegawai. Sedangkan recognation berarti pemberian<br />penghargaan, misalnya ucapan terima kasih kepada pegawai baik dalam<br />kondisi sendiri (langsung kepada pegawai yang bersangkutan) maupun dalam<br />suatu forum. Terkait dengan prinsip tersebut dalam rangka meningkatkan<br />semangat pegawai, perlu diperhatikan apa yang disarankan oleh Kenneth<br />Blanchard bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berusaha<br />’memergoki’ bawahan pada saat mereka berprestasi dan kemudian<br />memberikan pujian secara tulus, bukan yang berusaha ’memergoki’ bawahan<br />pada saat berbuat kesalahan dan menghukumnya. Efektifitas kepemimpinan<br />didasarkan pada kombinasi karakteristik personal, keahlian manajerial,<br />perilaku, dan situasi.<br />Dalam perspektif pelayanan publik, pemimpin harus mampu membawa<br />organisasi publik memberikan pelayanan prima. Karena pada hakekatnya<br />dibentuknya organisasi publik adalah untuk memberikan pelayanan kepada<br />masyarakat. Tangkilisan (2005) mengatakan bahwa organisasii publik<br />dikatakan efektif apabila dalam realita pelaksanaannya birokrasi dapat<br />berfungsi melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client), artinya tidak<br />ada hambatan (sekat) yang terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat<br />dalam memerikan pelayanan, serta mampu memecahkan fenomena yang<br />menonjol akibat adanya perubahan sosial yang sangat cepat dari faktor<br />eksternal. Efektivitas organisasi publik tersebut merupakan produk dari sebuah<br />sistem yang salah sistem (unsur) adalah sumber daya manusia aparatur.<br />Sebagai bagian dari suatu sistem, meningkatnya profesionalitas sumber daya<br />manusia aparatur tidaklah otomatis kinerja organisasi publik akan meningkat.<br />Sehingga manakala sumber daya manusia aparatur telah profesional, namun<br />tidak didukung oleh sub-sub sistem lainnya seperti kelembagaan,<br />ketalaksanaan, sarana dan prasarana yang memadai, niscaya kinerja organisasi<br />publik yang bersangkutan tidak akan bisa mencapai tingkat kerja yang optimal.<br />Meskipun demikian, sumber daya manusia yang profesional menjadi faktor<br />diterminan dan sekaligus menjadikan sub sistem lain menjadi baik, dan pada<br />akhirnya kinerja organisasi publik menjadi baik pula. Berarti kesuksesan suatu<br />organisasi sangat tergantung pada kinerja sumber daya manusianya yaitu<br />para pegawai dalam berbagai strata suatu piramida organisasi, yang pada<br />dasarnya para pegawai tersebut bekerja membutuhkan pemimpin yang<br />memimpin mereka dalam bekerja. Karena itu, kepemimpinan sebagai bagian<br />dari sub sistem sumber daya manusia sangat menentukan berjalannya<br />keseluruhan sub-sub sistem yang terintegratif dan saling berkaitan menjadi<br />sistem yang mampu menggerakkan roda organisasi secara efektif dan efisien.<br />Tanpa kepemimpinan yang baik, akan sulit bagi organisasi publik untuk<br />mencapai tujuannya, yaitu memenuhi tuntutan pelaksanaan tugas dan<br />fungsinya yang strategis dalam pelayanan publik.<br />Menurut Goleman (2002), tugas pemimpin adalah menciptakan pada apa<br />yang disebutnya sebagai resonansi (resonance) yaitu suasana positif yang<br />mampu membuat seluruh sumber daya manusia dalam organisasi terus<br />mengikatkan diri (committed) dan menyumbangkan yang terbaik bagi<br />organisasi. Schein (1992) menyatakan bahwa pemimpin mempunyai pengaruh<br />yang besar terhadap keberhasilan organisasi dalam menghadapi tantangan<br />yang muncul.<br />Tuntutan akan kualitas dan kinerja kepemimpinan dalam penyelenggaraan<br />pemerintahan mengemuka dan terus meningkat telah menjadi patron seorang<br />pemimpin dan calon pemimpin di dalam membawa perubahan dalam<br />organisasi, serta memotivasi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi.<br />Kepemimpinan menjadi basis dalam manajemen sumber daya manusia yang<br />diharapkan tidak saja pada aspek operasional yaitu dalam pembentukan<br />kualitas kehidupan kerja tetapi juga pada aspek stratejik yang mendasari<br />terbentuknya kondisi kehidupan kerja tersebut.<br />Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai<br />peranan yang besar untuk memaksimalkan organisasi bekerja dalam<br />memberikan pelayanan yang berkualitas. Dalam kaitan ini, pengalaman dari<br />negara-negara di Asia menunjukkan bahwa kepemimpinan pemerintahan<br />menjadi kunci perubahan. Keberhasilan Malaysia dan Singapura menjadi<br />negara yang mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas terutama<br />karena faktor kepemimpinan.<br />Untuk menjelaskan hubungan antara faktor kepemimpinan dan kualitas<br />pelayanan publik, dapat dikemukakan pendapat Katz dan Kahn dalam Richard<br />M. Steer (Tangkilisan, 2005), bahwa kualitas kepemimpinan dalam berbagai<br />bentuk memperlihatkan perbedaan antara organisasi yang mampu mencapai<br />tujuan dan yang tidak. Dikatakan bahwa kepemimpinan dapat mengisi<br />beberapa fungsi penting yang diperlukan bagi organisasi untuk mencapai<br />tujuannya, seperti berikut ini :<br />1. Dalam fungsi mengisi kekosongan akibat ketidaklengkapan atau<br />ketidaksempurnaan desain organisasi. Ada banyak hal dalam aktivitas<br />organisasi publik yang tidak diatur dalam peraturan perundangan sebagai<br />dasar pembentukan organisasi publik. Karena itu tugas pemimpin adalah<br />mewakili organisasi publik dalam setiap kegiatan yang menyangkut tugas dan<br />fungsi pokok birokrasi publik. Tugas-tugas lain, baik internal maupun<br />eksternal, yang belum diatur dalam perundangan yang ada, menjadi tanggung<br />jawab pimpinan.<br />2. Membangun mempertahankan stabilitas organisasi dalam lingkungan<br />yang bergolak, dengan memungkinkan dilakukan penyesuaian dan adaptasi<br />yang segera pada kondisi lingkungannyang bergolak atau yang sedang<br />berubah. Dalam menindaklanjuti aktivitas layanan, sudah menjadi tugas<br />pimpinan dan para stafnya untuk melakukan persiapan diri jika mekanisme,<br />metode, dan teknik yang bersifat substansial maupun peraturan perundangan<br />yang melatarbelakanginya.<br />3. Membantu koordinasi intern dari unit-unit organisasi yang berbedabeda,<br />khususnya selama nasa pertumbuhan dan perubahan. Kepemimpinan<br />dapat meredam serta menjadi pemisah bagi kelompok-kelompok yang<br />berkomflik dalam organisasi. Tugas dan fungsi organisasi publik tidaklah<br />ringan, karena keberhasilan layanan sangat ditentukan oleh kualitas kerjanya.<br />Inilah tugas berat dari organisasi publik, karena itu dibutuhkan seorang<br />pimpinan yang mampu mengatasi gejolak atau konflik internal sehingga tidak<br />mengganggu kinerja serta prestasi organisasi publik.<br />4. Memainkan peranan dalam mempertahankan susunan anggota yang<br />stabil dengan cara pemenuhan kebutuhan anggota secara memuaskan. Untuk<br />mensukseskan organisasi publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya,<br />pimpinan dan stafnya perlu memikirkan kesejahteraan karyawan, baik<br />kebutuhan fisik, spritual, maupun kepuasan-kepuasan lain yang menjadi<br />ukuran karyawan sendiri. Jika kondisi ini terpenuhi, tidaklah sukar bagi<br />organisasi publik untuk mengemban tugas yang diberikan kepadanya.<br />Dalam mewujudkan pelayanan prima, seorang pemimpin harus berani<br />melakukan perubahan. Karena itu diperlukan kepemimpinan transformasional<br />yaitu kepemimpinan yang mampu sebagai agen perubahan. Berbagai<br />perubahan mungkin mendapatkan tantangan dan hambatan, baik dari dalam<br />maupun luar organisasi namun seorang pemimpin transformasional harus<br />berani menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian tersebut<br />dengan menyiapkan strategi terbaik. Perubahan-perubahan yang dapat<br />dilakukan seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,<br />antara lain :<br />a. Memangkas berbagai birokrasi yang sudah tidak relevan.<br />b. Menerapkan contestability (membandingkan pelayanan yang dilakukan unit<br />organisasinya dengan organisasi lain untuk melihat efisiensi dan<br />efektivitasnya) bahkan mengembangkan kontrak dengan sektor swasta (jika<br />hal ini merupakan jalan terefektif dan terefisien yang harus ditempuh).<br />c. Menggunakan berbagai teknologi baru untuk meningkatkan kualitas<br />pelayanan publik.<br />d. Mengembangkan kebijakan publik yang berorientasi pada pelanggan<br />(customer focus)<br />Tuntutan akan perbaikan atas kondisi pelayanan publik dewasa ini semakin<br />besar dan menjadi agenda utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.<br />Seorang pemimpin harus mampu melakukan perubahan-perubahan menuju<br />perbaikan secara sistematis dan terukur. Namun demikian berbagai upaya<br />reformasi yang sifatnya lebih ’internal’ tersebut juga harus dibarengi dengan<br />suatu penngembangan strategi yang bersifat eksternal. Strategi ini diarahkan<br />pada pengembangan ’citra baik’ organisasi dan pelayanan yang diberikan oleh<br />organisasi publik.<br />B. Pelayanan Publik dan Building the Trust<br />Kepercayaan publik tumbuh dari pelayanan yang berkualitas. Hal tersebut<br />sejalan dengan pernyataan OECD (2000) bahwa pada dasarnya pelayanan<br />public adalah kepercayaan publik. “Public service is a public trust. Citizens expect<br />public servants to serve the public interest with fairness and to manage public resources<br />properly on a daily basis. Fair and reliable public services inspire public trust and create<br />a favourable environment for businesses, thus contributing to well-functioning markets<br />and economic growth,” Dengan demikian, kualitas pelayanan publik merupakan<br />salah satu strategic issue bagi aparatur negara yang harus diaktualisasikan<br />dalam kerangka membangun kepercacayaan public.<br />Dalam upaya perwujudan hal-hal tersebut, pemimpin merupakan faktor<br />yang signifikan. Peran pemimpin dalam membangun kepercayaan publik<br />mencakup lingkup internal yang berkaitan dengan upaya menggerakkan dan<br />memastikan seluruh sumberdaya aparatur berkinerja tinggi, dan lingkup<br />eksternal organisasi dalam upaya mencermati harapan masyarakat dan<br />komunikasi eksternal baik menyangkut ukuran-ukuran kinerja pelayanan<br />(public service measures) yang ditetapkan, upaya yang telah, sedang dan akan<br />dilakukan, maupun kinerja pelayanan yang telah dihasilkan.<br />Pemimpin yang cerdas bukanlah suatu jaminan untuk memimpin suatu<br />organisasii yang efektif dan efisien, karena seorang pemimpin selain memiliki<br />pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin juga dituntut berperilaku<br />sebagai panutan bagi bawahannya (building the trust). Arie de Geus<br />mengemukan bahwa organisasi yang bisa bertahan lebih dari seratus tahun dan<br />menunjukkan prestasi yang outstanding adalah organisasi yang dipimpin oleh<br />pemimpin yang teach by example (dalam Nugroho D, 2003).<br />Dalam konteks organisasi publik, kepemimpinan lebih merupakan<br />‘kepemimpinan formal’ dalam arti pemimpin merupakan orang yang diangkat<br />dan dikukuhkan untuk menduduki jabatan tertentu. Pada kondisi demikian,<br />akuntabilitas (accountability) menjadi penting sebagai bentuk<br />pertanggungjawaban atas kedudukan dan kepemimpinan dan<br />‘pertanggungjawaban sosial’. Akuntabilitas di atas mengandung makna<br />keharusan/kemampuan untuk menjelaskan dan menjawab segala hal yang<br />menyangkut langkah dan proses yang dilakukan serta<br />mempertanggungjawabkan atas kinerjanya.<br />Dalam rangka mewujudkan kinerja maksimal, kepemimpinan aparatur<br />harus mendasarkan pada kredibilitas yang dibentuk atas dasar profesionalitas<br />dan kejujuran. Kejujuran dalam kepemimpinan merupakan akar dan modal<br />dari terhindarnya tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma-norma<br />kehidupan sosial dan bernegara, baik yang dilakukan oleh para pemimpin itu<br />sendiri maupun para pengikutnya.<br />Dalam membangun hubungan, seorang pemimpin perlu menumbuhkan<br />karakteristik dan atribut-atribut yang meliputi ( Kuczmarski dan Kuczmarski,<br />1995): (1) Listens actively; (2) Emphatic; (3) Attitudes are positive and optimistic; (4)<br />Delivers on Promises and commitment; (5) Energy level high; (6) Recognizes selfdoubts<br />and vulnerability; dan (7) Sensitivity to others, values, and potential.<br />Kepemimpinan merupakan fenomena sosial, yang berarti bahwa praktek<br />kepemimpinan dipengaruhi nilai-nilai (value-driven). Dalam pelayanan publik,<br />nilai-nilai yang mendasari seorang pemimpin transformasional bertindak<br />adalah customer satisfaction dan perjuangan pada nilai sosial yang menjadi<br />tanggung jawab negara. Sebagai konsekuensinya, pengembangan berbagai<br />sistem pelayanan publik diarahkan pada pemberian pelayanan yang mudah,<br />murah, tepat dan sederhana. Dampak dari fenomena sosial tidak hanya pada<br />nilai yang dianut, namun juga seorang pemimpin yang transformasional<br />haruslah percaya kepada orang lain dan berani memberikan tantangan dan tanggung<br />jawab pada orang lain (empowerment). Seorang pemimpin harus mampu<br />menumbuhkan kreativitas dan tidak mematikan berbagai strategi yang<br />dikembangkan bawahan berdasarkan kompetensi teknis yang mereka kuasai.<br />Dalam pelayanan publik masih sering dijumpai, seorang pelayan publik<br />(birokrat) belum mampu melaksanakan tugasnya sebagai pelayan masyarakat.<br />Birokrasi masih sering memiliki beberapa karakter yang menyebabkan<br />masyarakat sering alergi bila berurusan dengan birokrasi (Sondang P. Siagian,<br />1994), yakni :<br />1. Apathy (apatis), yaitu bersikap acuh tak acuh terhadap pengguna jasa.<br />Para aparat/birokrasi sering memandang bahwa masyarakat sebagai pihak<br />yang membutuhkan maka merekalah yang harus mengikuti keinginan birokrat.<br />2. Brush off (menolak berurusan), yaitu berusaha agar pembutuh jasa tidak<br />berurusan dengannya misalnyadengan cara mengulur waktu dan membiarkan<br />menunggu dalam jangka waktu yang lama.<br />3. Coldness (dingin), yaitu kurangnya keramahan dalam memberikan<br />pelayanan.<br />4. Condescension (memandang rendah), yaitu memperlakukan pembutuh<br />jasa sebagai orang yang tida tahu apa-apa sehingga penyelesaian urusan<br />menurut keinginan aparatur.<br />5. Robotism (bekerja mekanis), yaitu bekerja secara mekanis dan<br />memperlakukan pembutuh jasa dengan perilaku dan tutur kata yang sama dan<br />monoton.<br />6. Role Book (ketat pada prosedur), yaitu ketat pada prosedur dan<br />meletakkan peraturan di atas kepuasan pembutuh jasa.<br />7. Rondaround (pingpong/saling lempar tanggung jawab), yaitu untuk<br />menyelesaikan suatu urusan, masyarakat pengguna jasa harus menghubungi<br />pelbagai pihak yang saling lempar tanggung jawab.<br />Dalam fenomena sosial, perilaku tersebut menyebabkan masyarakat sering<br />‘enggan’ bila berurusan dengan birokrasi. Keberadaan karakteristik tersebut<br />menyebabkan munculnya beberapa implikasi negative seperti dari aspek politis,<br />terjadi penurunan tingkat kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap<br />aparat pemerintah; dari aspek finansial, dapat menurunkan pendapatan Negara<br />karena masyarakat tidak termotivasi untuk taat dan patuh pada kebijakan<br />pemerintah.<br />25<br />Penyelesaian masalah pelayanan publik sangat membutuhkan kerjasama<br />yang baik antara pemimpin, personal dalam organisasi, masyarakat (client), dan<br />sektor swasta. Dengan kerja sama yang baik masalah pelayanan publik akan<br />menjadi ringan jika. semua membuka diri untuk saling menyumpangkan<br />pemikiran, resources, dan dukungan. Langkah yang dapat ditempuh seorang<br />pemimpin dalam menggerakkan organisasi untuk menciptakan pelayanan<br />prima antara lain :<br />1. Mengembangkan call centers dalam berbagai pelayanan yang diberikan<br />organisasi publik.<br />2. Resource sharing atau melibatkan sektor swasta dalam penyediaan<br />pelayanan publik. Bahkan bagi pemerintah daerah dapat mengembangakan<br />satu sistem kerja sama dengan daerah terdekat untuk mencapai efektivitas dan<br />efisiensi dalam satu jenis (atau beberapa) pelayanan kepada publik.<br />3. Konsultasi publik (citizen consultation) dalam mengembangan sistem atau<br />kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik<br />Meskipun disebutkan di atas bahwa salah satu kompetensi seorang<br />pemimpin adalah bisa mempengaruhi, namun bukan pengaruh yang bersifat<br />‘çoercive’ atau pemaksaan. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang<br />mengandung konsekuensi/keuntungan bagi organisasi dan stakeholdernya.<br />Pengaruh yang bersifat ‘sukarela’ sangat penting untuk dilakukan dengan<br />keuntungan antara lain:<br />1. Meningkatkan kapasitas transaksional yang akhirnya tercipta truly<br />citizen-centered. Jika masyarakat percaya maka mereka akan berpartisipasi aktif<br />terhadap berbagai kegiatan pemerintan. Hubungan yang bersifat ‘mutualisme’<br />ini akan berdampak positif pada kinerja pemerintah dan partisipasi<br />masyarakat, pemerintah memfokuskan kegiatannya pada tuntutan dan<br />permasalahan public dan masyarakat memberika dukungan (financial dan<br />moril) akan kegiatan tersebut.<br />2. Pemerintah yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya dapat<br />membangun populasi/masyarakat yang saling ‘memperhatikan (care)’. Atau<br />dengan kata lain menginformasikan permasalahan yang dihadapi pada jalur<br />resmi pemerintah sehingga tidak gampang dimanipulasi dan dimanfaatkan<br />pihak lain.<br />Untuk mendapatkan suatu pengaruh yang ’positif’ dari kepercayaaan<br />masyarakat bukanlah hal yang mudah. Apalagi kita masih menghadapi<br />persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Beberapa<br />catatan perubahan persepsi yang harus dilakukan organisasi publik untuk<br />mendapatkan kepercayaan atau ‘trust’ dari masyarakat antara lain<br />1. Menghilangkan persepsi bahwa kualitas pelayanan publik selalu kalah<br />dan di bawah kualitas pelayanan sektor swasta. Cara yang dapat ditempuh<br />adalah dengan mengenalkan suatu pelayanan yang melebihi standard<br />pelayanan yang dilakukan swasta. Atau dengan mempublikasikan ‘prestasi’<br />/pelayanan terbaik yang dilakukan pemerintah. Strategi ini penting untuk<br />menunjukkan bahwa ada pelayanan publik yang berhasil dan sukses, karena<br />26<br />yang biasa kita dengar adalah cerita kegagalan pelayanan public dalam<br />memberikan pelayanan terbaik.<br />2. Menempatkan organisasi pemerintah untuk selalu berada pada titik<br />kritis kesuksesan pelayanan. Salah satu masalah umum dalam pelayanan<br />publik adalah kelangsungan suatu kinerja pelayanan. Organisasi publik sering<br />‘terlalu cepat puas’dengan kinerjanya sehingga ‘lupa’ untuk menjaga kualitas<br />terbaiknya. Terkadang dengan alasan proyek, suatu pelayanan di disain<br />dengan kualitas terbaik, namun untuk memelihara kualitas tersebut ungkapan<br />tidak ada dana, mereka tidak mampu menjaga dan menyesuaikan pelayanan<br />dengan perubahan lingkungan yang sangat cepat.<br />3. Menciptakan Operasi Baru dalam Pelayanan Publik. Strategi ini sangat<br />penting untuk mengantisipasi perubahan tuntutan masyarakat sesuai dengan<br />perkembangan global. Termasuk dalam strategi ini adalah pembenahan<br />struktur internal organisasi publik dan proses pemberian pelayanan kepada<br />masyarakat.<br />4. Menerapkan Four Proactive Tactics. For proactive tactics meliputi the<br />stick, the carrot, marketing pull dan high-touch push. Strategi ini digunakan untuk<br />menumbuhkan motivasi dalam organisasi untuk mengadopsi strategi<br />pelayanan yang dipakai organisasi.<br />Sebagai catatan dalam pelaksanaan adopsi strategi pelayanan kita perlu<br />memperhatikan pentingnya diskresi pada level aparatur yang langsung<br />berhubungan dengan masyarakat (street level bureaucrac), namun perlu dibatasi<br />dengan norma-norma sehingga diskresi ini menjadi diskresi yang bertanggung<br />jawab. Dalam melakukan melakukan berbagai strategi peningkatan pelayanan<br />seperti tersebut di atas seorang pemimpin harus meluaskan perspektif mereka<br />tentang makna pelayanan publik. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang<br />mampu membangun visi bersama (shared-vision). Berikut adalah beberapa<br />karakteristik pimpinan visioner dalam pelayanan publik<br />1. Selalu tidak puas, seorang pemimpin yang visioner adalah seorang<br />pemimpin yang selalu memiliki keinginan untuk melakukan peningkatan.<br />Seorang pemimpin yang mempertahankan metode lama sama dengan berjalan<br />ke belakang karena metode tersebut belum tentu sesuai dengan lingkungan<br />yang selalu berubah.<br />2. Mampu menciptakan standard terbaik menurut visinya, untuk<br />mendapatkan kinerja terbaik seorang pemimpin public harus mengembangkan<br />suatu visi stratejik dalam bidang pelayanan yang mencerminkan budaya,<br />aspirasi dan nilai-nilai dalam organisasi.<br />3. Mampu mengorganisir pelaksanaan pelayanan secara efektif, seorang<br />pemimpin yang visioner mengetahui bahwa sebuah kebijakan dikatakan ketika<br />kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan yang diinginkan.<br />Pengorganisasian ini berarti bahwa pemimpin harus mampu menggerakkan<br />secara top-down dan juga struktur organisasi secara horizontal dengan baik.<br />27<br />4. Mampu memperkuat hubungan dengan masyarakat, dengan<br />menggunakan teknologi terbaru untuk memaksimalkan pelayanan secara<br />online.<br />5. Memiliki keinginan kuat untuk selalu belajar,baik dari keberhasilan<br />organisasi lain dalam pelayanan maupun belajar dari kesalahan yang mereka<br />lakukan.<br />6. Mampu menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan,<br />termasuk akuntabilitas dan transparansi yang bersifat multiple governmental<br />organizations.<br />Karakteristik tersebut merupakan dasar dan sarana dalam membangun<br />hubungan yang baik dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap<br />pelayanan yang diberikan oleh sektor publik. Atas dasar kredibilitas yang<br />berakar pada kejujuran, komitmen yang tinggi, dan semangat pengabdian<br />dalam menjalankan berbagai peran kepemimpinan, diharapkan kepemimpinan<br />aparatur dapat mewujudkan kinerja yang maksimal dalam mengwujudkan<br />pelayanan prima. Kita berharap semoga citra pelayanan publik yang selama ini<br />sering dinilai negatif dapat berubah menjadi lebih baik.<br />C. Kesimpulan<br />Kunci kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah adalah terletak pada<br />kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Karena itu,<br />tuntutan terhadap kualitas pelayanan prima merupakan hal yang harus<br />diupayakan. Perwujudan pelayanan yang berkualitas dapat dilalukan melalui<br />perubahan visi dan orientasi pelayanan yang lebih berfokus kepada<br />kepentingan pelanggan. Selain itu, organisasi publik harus memperhatikan<br />prinsip kerjasama dan partisipasi pegawai didalam organisasi, serta harus<br />senantiasa melakukan perbaikan secara terus menerus.<br />Pemimpim dalam berbagai strata piramida suatu organisasi publik harus<br />memberikan dukungan dan komitmennya kepada bawahan yang selalu<br />mengabdi atau berdedikasi dalam pemberian pelayanan publik dan dukungan<br />serta komitmennya kepada para pengguna atau penerima pelayanan publik.<br />Selain itu. dalam pelayanan publik diperlukan norma antara lain tentang<br />kebenaran, pemenuhan janji kepada publik, dan adil dalam memberikan<br />pelayanan.<br /><br />Penulis : <br />Prof. A. Aziz Sanapiah, MPA adalah Guru Besar Tetap STIA LAN Jakarta dan<br />Ketua Jurusan Administrasi Bisnis STIA LAN Jakarta.MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-51279581193941962342010-05-01T20:57:00.002-07:002010-05-01T21:02:37.010-07:00MENGGAGAS KEPEMIMPINAN DI MAJENE (Refleksi Jelang Pilkada Bupati Majene 2011 )Suksesi kepemimpinan orang nomor satu di Majene memang masih jauh. Butuh setahun lagi bagi bupati yang menjabat untuk menunaikan tugas-tugasnya dalam mengemban amanah rakyat yang dipanggulnya. Namun, hingar bingar itu justru telah riuh rendah terdengar disetiap pelosok dari kota sampai jauh ke pedalaman. Geliat para bakal calon untuk menawarkan visi dan misinya kemasyarakat telah mewarnai bahan obrolan dari warkop yang sederhana hingga gedung-gedung mewah. Beragam atribut sosialisasi bahkan telah diedarkan seperti spanduk, kalender, kartu nama dan sejenisnya. Klaim-klaim keberhasilan pun menjadi rebutan terutama bagi calon yang berasal dari kalangan birokrat yang saat ini masih menjabat. Sedangkan calon lain yang masih berada diluar struktur kekuasaan masih berkutat pada tataran penawaran konsep yang sasaran utamanya adalah isu perubahan. Bahkan aroma persaingan bukan lagi hanya milik sang calon, tetapi merambah kemasyarakat yang sekali lagi harus mengaku konstituen fanatik demi sekedar mendapatkan tempat yang layak disisi bakal calon. Atau dengan kata lain menjadi penjilat kelas bawah....<br /><br />Memahami konteks kepemimpinan, apalagi di wilayah Majene yang ”katanya” memiliki sekian banyak sejarah dengan bentuk tutur dan versinya yang beragam bukanlah sesuatu yang mudah. Sama halnya dengan daerah lain, ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memilih bakal calon siapa yang mesti dan layak diunggulkan. <br /><br />Bagi saya yang tergolong masyarakat awam, pola kepemimpinan yang paling ideal tentunya harus merujuk pada pola kepemimpinan ala rasul. Paling tidak, Rasulullah sebagai pemimpin dimasa lampau telah membuktikan bahwa kepemimpinan beliau sanggup meruntuhkan hegemoni kaum Quraisy yang pada waktu itu begitu berpengaruh di tanah Makkah. Sosok pemimpin seperti rasulullah adalah sebuah jawaban atas kebuntuan berfikir, bertindak, dan kebuntuan berinovasi yang selama ini menjadi sasaran empuk bahan kritikan bagi penguasa. <br /><br />Dalam konteks kepemimpinan ala rasul, ada beberapa hal yang harus menjadi renungan kita semua. Pertama, bahwa seorang pemimpin harus bersikap realistis. Konsep dan kebijakannya tidak boleh bertentangan dengan realitas kehidupan. Dengan kata lain program-program yang ditawarkan selalu up to date dan tidak mengawang-awang. Ia memiliki visi yang jauh kedepan namun dapat diterjemahkan dalam konsep praksis yang membumi dan bersifat berkesinambungan. Sebagai daerah yang dikenal minim SDA (walau mesti dikaji ulang), Majene butuh pemimpin yang memiliki konsep pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomis, yaitu efektifitas dan efisiensi. Prinsip ini mengedepankan konsep pembangunan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada secara efektif namun dengan tingkat pengeluaran cost yang rendah. Intinya, potensi yang dimiliki oleh Majene dan belum terkelola dengan maksimal harus dipandang sebagai sebuah kekayaan yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Menjalankan konsep ini memang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk rakyat dan keinginan kuat para stakeholder pemerintahan untuk sedapat mungkin tidak tergiur oleh praktek-praktek pembodohan dan manipulasi terhadap rakyat. Nah, pemimpin yang memahami realitas kehidupan masyarakatnya, tentu akan sadar sepenuhnya apa yang di”butuh”kan oleh masyarakat, tidak hanya terpancing pada apa yang di”inginkan” oleh masyarakat. <br /><br />Kedua, seorang pemimpin harus yakin dengan kebenaran atas kebijakannya. Dia tidak boleh ragu dengan prinsip-prinsip yang ditawarkan serta kokoh dalam mempertahankan pendiriannya. Ia mesti memiliki karakter yang kuat dalam menelorkan kebijakan namun fleksibel dalam implementasi dilapangan. Ia mesti tahu kapan harus bersikap tegas dan kapan harus melunak dan kapan harus membiarkan atau melindungi. Ia mesti serius dan berwibawa tapi juga rendah hati dan lembut. Amanah, jujur dan adil adalah bunga-bunga yang menghiasi kepemimpinannya. Dalam konteks kepemimpinan yang demikian, Majene membutuhkan pemimpin yang tidak goyah dalam membela kepentingan rakyatnya secara menyeluruh. Apa yang menjadi prinsip dasar hidupnya menjadi prospek bagi dirinya untuk mengabdi sebesar-besarnya untuk memajukan daerah. Prinsip dasar setiap manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat harus diejawantahkan dalam proses kepemimpinannya. Dengan demikian akan lahir seorang pemimpin yang berkarakter dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif yang dihembuskan oleh orang-orang disekelilingnya.<br /><br />Ketiga, pemimpin harus sadar betul dengan tanggung jawab yang diembannya. Daya tarik kenikmatan duniawi tidak boleh memisahkan hidupnya dari tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Contoh kongkrit, seorang pemimpin yang hanya memikirkan membeli mobil dinas baru pada awal masa pemerintahannya harus dipertanyakan integritasnya. Prestasi seorang pemimpin tidak dapat diukur dari mewahnya fasilitas yang melekat dibanding dengan koleganya yang lain. Tak masalah jika memang kekayaan itu melekat jauh sebelum ia menjabat, karena patut dicurigai jika dalam tempo sebulan menjabat seorang kepala bidang saja sudah mampu memarkir mobil dihalaman rumahnya. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab, akan memikirkan prestasi kerjanya ketimbang prestise yang disandangnya.<br /><br />Keempat, Pemimpin harus memiliki wawasan jauh kedepan dalam merumuskan gagasan-gagasan yang baik, dalam istilah kerennya disebut visioner dan futurictic. Pemimpin ini harus mampu mengubah mindset rakyat dan orang-orang disekelilingnya untuk selalu berfikir untuk kemajuan. Disamping itu, kemampuan mentalnya untuk merancang masa depan selalu mengedepankan rasionalisme. Rasional dalam artian, program-program yang ditawarkan memiliki peluang untuk diterapkan pada saatnya diperlukan dan dibutuhkan serta sesuai dengan kemampuannya.<br /> <br />Kelima, memiliki kesediaan untuk memberdayakan orang lain. Ia harus mampu menjawab tantangan kepemimpinan dengan kesediaan untuk memberdayakan orang lain dengan cara mempercayakan sesuatu kepada orang lain untuk melakukan pelayanan terhadap rakyat. Ia tidak menjadikan dirinya sebagai pusat dari segalanya, dan menerapkan kepemimpinannya dengan melakukan apa yang menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawabnya saja. Selain itu, tugas-tugas lainnya didistribusikan kepada orang-orang disekelilingnya yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam menjalankan Visi kepemimpinannya. <br /><br />Secara filosofis, pendapat dari James Mc Gregor dapat dijadikan acuan yang membedakan kepemimpinan pada dua aspek, yaitu kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional merupakan usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain menurut Gregor, kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga semua merasa untung dan bahagia karena apa yang dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini kepemimpinan dipertahankan karena kehadirannya menjaminkan ada transaksi yang paling menguntungkan. Orang seperti ini akan sulit menjadi pemimpin yang melayani dan memberdayakan. Sedangkan kepemimpinan transformasional, adalah kepemimpinan yang menekankan gerak maju perubahan dari setiap pihak dan dari setiap organisasinya. Didalam mengimplementasikan corak kepemimpinan tersebut, bila perlu diambil resiko-resiko konflik atau pertentangan secara terbuka. Corak transaksional dapat pula digunakan namun tidak untuk mendapatkan rasa senang bagi semua pihak, tetapi demi tercapainya perubahan dan perkembangan sebuah komunitas.<br /><br />Kelima konsep diatas yang saya tawarkan sebagai renungan bagi siapa saja yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin kelak. Walaupun pada prinsipnya setiap orang adalah pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Tapi paling tidak, prinsip-prinsip tersebut dapat diimplementasikan sebagai sebuah tanggung jawab terhadap rakyat dan terhadap Tuhan. Kata kuncinya setiap pemimpian harus memiliki integritas, loyalitas, kapabilitas/kompetensi dan akhlakul karimah. (wallahu a’lam bissawab)MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-24455305851122581542010-05-01T20:57:00.000-07:002010-05-01T21:00:35.504-07:00MENGGAGAS KEPEMIMPINAN DI MAJENE (Refleksi Jelang Pilkada Bupati Majene 2011 )Suksesi kepemimpinan orang nomor satu di Majene memang masih jauh. Butuh setahun lagi bagi bupati yang menjabat untuk menunaikan tugas-tugasnya dalam mengemban amanah rakyat yang dipanggulnya. Namun, hingar bingar itu justru telah riuh rendah terdengar disetiap pelosok dari kota sampai jauh ke pedalaman. Geliat para bakal calon untuk menawarkan visi dan misinya kemasyarakat telah mewarnai bahan obrolan dari warkop yang sederhana hingga gedung-gedung mewah. Beragam atribut sosialisasi bahkan telah diedarkan seperti spanduk, kalender, kartu nama dan sejenisnya. Klaim-klaim keberhasilan pun menjadi rebutan terutama bagi calon yang berasal dari kalangan birokrat yang saat ini masih menjabat. Sedangkan calon lain yang masih berada diluar struktur kekuasaan masih berkutat pada tataran penawaran konsep yang sasaran utamanya adalah isu perubahan. Bahkan aroma persaingan bukan lagi hanya milik sang calon, tetapi merambah kemasyarakat yang sekali lagi harus mengaku konstituen fanatik demi sekedar mendapatkan tempat yang layak disisi bakal calon. Atau dengan kata lain menjadi penjilat kelas bawah....<br /><br />Memahami konteks kepemimpinan, apalagi di wilayah Majene yang ”katanya” memiliki sekian banyak sejarah dengan bentuk tutur dan versinya yang beragam bukanlah sesuatu yang mudah. Sama halnya dengan daerah lain, ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memilih bakal calon siapa yang mesti dan layak diunggulkan. <br /><br />Bagi saya yang tergolong masyarakat awam, pola kepemimpinan yang paling ideal tentunya harus merujuk pada pola kepemimpinan ala rasul. Paling tidak, Rasulullah sebagai pemimpin dimasa lampau telah membuktikan bahwa kepemimpinan beliau sanggup meruntuhkan hegemoni kaum Quraisy yang pada waktu itu begitu berpengaruh di tanah Makkah. Sosok pemimpin seperti rasulullah adalah sebuah jawaban atas kebuntuan berfikir, bertindak, dan kebuntuan berinovasi yang selama ini menjadi sasaran empuk bahan kritikan bagi penguasa. <br /><br />Dalam konteks kepemimpinan ala rasul, ada beberapa hal yang harus menjadi renungan kita semua. Pertama, bahwa seorang pemimpin harus bersikap realistis. Konsep dan kebijakannya tidak boleh bertentangan dengan realitas kehidupan. Dengan kata lain program-program yang ditawarkan selalu up to date dan tidak mengawang-awang. Ia memiliki visi yang jauh kedepan namun dapat diterjemahkan dalam konsep praksis yang membumi dan bersifat berkesinambungan. Sebagai daerah yang dikenal minim SDA (walau mesti dikaji ulang), Majene butuh pemimpin yang memiliki konsep pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomis, yaitu efektifitas dan efisiensi. Prinsip ini mengedepankan konsep pembangunan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada secara efektif namun dengan tingkat pengeluaran cost yang rendah. Intinya, potensi yang dimiliki oleh Majene dan belum terkelola dengan maksimal harus dipandang sebagai sebuah kekayaan yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Menjalankan konsep ini memang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk rakyat dan keinginan kuat para stakeholder pemerintahan untuk sedapat mungkin tidak tergiur oleh praktek-praktek pembodohan dan manipulasi terhadap rakyat. Nah, pemimpin yang memahami realitas kehidupan masyarakatnya, tentu akan sadar sepenuhnya apa yang di”butuh”kan oleh masyarakat, tidak hanya terpancing pada apa yang di”inginkan” oleh masyarakat. <br /><br />Kedua, seorang pemimpin harus yakin dengan kebenaran atas kebijakannya. Dia tidak boleh ragu dengan prinsip-prinsip yang ditawarkan serta kokoh dalam mempertahankan pendiriannya. Ia mesti memiliki karakter yang kuat dalam menelorkan kebijakan namun fleksibel dalam implementasi dilapangan. Ia mesti tahu kapan harus bersikap tegas dan kapan harus melunak dan kapan harus membiarkan atau melindungi. Ia mesti serius dan berwibawa tapi juga rendah hati dan lembut. Amanah, jujur dan adil adalah bunga-bunga yang menghiasi kepemimpinannya. Dalam konteks kepemimpinan yang demikian, Majene membutuhkan pemimpin yang tidak goyah dalam membela kepentingan rakyatnya secara menyeluruh. Apa yang menjadi prinsip dasar hidupnya menjadi prospek bagi dirinya untuk mengabdi sebesar-besarnya untuk memajukan daerah. Prinsip dasar setiap manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat harus diejawantahkan dalam proses kepemimpinannya. Dengan demikian akan lahir seorang pemimpin yang berkarakter dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif yang dihembuskan oleh orang-orang disekelilingnya.<br /><br />Ketiga, pemimpin harus sadar betul dengan tanggung jawab yang diembannya. Daya tarik kenikmatan duniawi tidak boleh memisahkan hidupnya dari tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Contoh kongkrit, seorang pemimpin yang hanya memikirkan membeli mobil dinas baru pada awal masa pemerintahannya harus dipertanyakan integritasnya. Prestasi seorang pemimpin tidak dapat diukur dari mewahnya fasilitas yang melekat dibanding dengan koleganya yang lain. Tak masalah jika memang kekayaan itu melekat jauh sebelum ia menjabat, karena patut dicurigai jika dalam tempo sebulan menjabat seorang kepala bidang saja sudah mampu memarkir mobil dihalaman rumahnya. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab, akan memikirkan prestasi kerjanya ketimbang prestise yang disandangnya.<br /><br />Keempat, Pemimpin harus memiliki wawasan jauh kedepan dalam merumuskan gagasan-gagasan yang baik, dalam istilah kerennya disebut visioner dan futurictic. Pemimpin ini harus mampu mengubah mindset rakyat dan orang-orang disekelilingnya untuk selalu berfikir untuk kemajuan. Disamping itu, kemampuan mentalnya untuk merancang masa depan selalu mengedepankan rasionalisme. Rasional dalam artian, program-program yang ditawarkan memiliki peluang untuk diterapkan pada saatnya diperlukan dan dibutuhkan serta sesuai dengan kemampuannya.<br /> <br />Kelima, memiliki kesediaan untuk memberdayakan orang lain. Ia harus mampu menjawab tantangan kepemimpinan dengan kesediaan untuk memberdayakan orang lain dengan cara mempercayakan sesuatu kepada orang lain untuk melakukan pelayanan terhadap rakyat. Ia tidak menjadikan dirinya sebagai pusat dari segalanya, dan menerapkan kepemimpinannya dengan melakukan apa yang menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawabnya saja. Selain itu, tugas-tugas lainnya didistribusikan kepada orang-orang disekelilingnya yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam menjalankan Visi kepemimpinannya. <br /><br />Secara filosofis, pendapat dari James Mc Gregor dapat dijadikan acuan yang membedakan kepemimpinan pada dua aspek, yaitu kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional merupakan usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain menurut Gregor, kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga semua merasa untung dan bahagia karena apa yang dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini kepemimpinan dipertahankan karena kehadirannya menjaminkan ada transaksi yang paling menguntungkan. Orang seperti ini akan sulit menjadi pemimpin yang melayani dan memberdayakan. Sedangkan kepemimpinan transformasional, adalah kepemimpinan yang menekankan gerak maju perubahan dari setiap pihak dan dari setiap organisasinya. Didalam mengimplementasikan corak kepemimpinan tersebut, bila perlu diambil resiko-resiko konflik atau pertentangan secara terbuka. Corak transaksional dapat pula digunakan namun tidak untuk mendapatkan rasa senang bagi semua pihak, tetapi demi tercapainya perubahan dan perkembangan sebuah komunitas.<br /><br />Kelima konsep diatas yang saya tawarkan sebagai renungan bagi siapa saja yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin kelak. Walaupun pada prinsipnya setiap orang adalah pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Tapi paling tidak, prinsip-prinsip tersebut dapat diimplementasikan sebagai sebuah tanggung jawab terhadap rakyat dan terhadap Tuhan. Kata kuncinya setiap pemimpian harus memiliki integritas, loyalitas, kapabilitas/kompetensi dan akhlakul karimah. (wallahu a’lam bissawab)MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5176061648185167667.post-72160885685698332712010-05-01T02:25:00.000-07:002010-05-01T02:31:11.936-07:00IMPLEMENTASI PANCASILA DAPAT MENCEGAH DISINTEGRASI NASIONALPENDAHULUAN<br /><br />1. Umum.<br /> Orde baru yang dibangun oleh Soeharto merupakan koreksi terhadap orde lama yang melenceng dari Pancasila dan UUD 1945 yang ingin menerapkan ide NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis) oleh Soekarno. Peristiwa G 30 S PKI akhirnya membuat Sukarno turun dari kekuasaan presiden dan ide NASAKOM-nya kemudian tenggelam. Orde lama selanjutnya digantikan oleh orde baru yang bertekad untuk kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 serta menjalankannya secara murni dan konsekuen. Tetapi akhirnya orde baru juga tidak sesuai dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga orde baru harus direformasi karena Soeharto sebagai presiden yang berkuasa selama orde baru yang berlangsung 30 tahunan menjalankan kekuasaan kepresidenan bersifat sentralistik dan militeristik. <br />Sejak reformasi bergulir dan disertai tumbangnya rezim orde baru tahun 1998, mulai terjadi perubahan politik dan sistem kenegaraan, serta perubahan-perubahan di bidang lainnya yang sebelumnya tidak terbayangkan dapat terjadi. Sayangnya reformasi tidak mudah untuk dijalankan dan reformasi ternyata juga menimbulkan ekses yang negatif bagi perkembangan bangsa. Ekses tersebut sampai kepada munculnya ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa yang ditandai dengan memudarnya etika moral kehidupan berbangsa. Hal itu tampak dengan adanya konflik sosial yang berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi pekerti yang luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya kejujuran dan sikap amanah terhadap ketentuan hukum dan peraturan, munculnya kecenderungan primordialisme: fanatik etnik, agama, kedaerahan yang bertentangan dengan paham kebangsaan. Lebih memprihatinkan lagi di tingkat elit politik saling berebut kekuasaan yang cenderung demi kepentingan partai dan golongannya.<br /> Kenyataan yang berkembang di masyarakat adalah cara pandang terhadap wawasan kebangsaan yang hampir meluntur dan mencapai titik terendah pada diri anak bangsa. Ikatan nilai-nilai kebangsaan yang pernah terpatri kuat dalam kehidupan bangsa, rasa cinta tanah air, bela Negara dan semangat patriotismebangsa mulai luntur, longgar bahkan hamper sirna. Nilai budaya gotong royong, kesediaan untuk saling menghargai dan saling menghormati perbedaan serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa yang dulu melekat kuat dalam sanubari masyarakat kini semakin menipis. <br /> Kenyataan-kenyataan di atas merupakan akibat dari ditinggalkannya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Masyarakat sepertinya alergi bila mendengar kata Pancasila sejak terjadinya reformasi. Hal ini terjadi karena ada pandangan Pancasila pada saat orde baru hanya dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan kelanggengan kekuasaannya. Sehingga pada saat itu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diimplementasikan hanya secara normatif dan teoritis serta belum benar-benar diamalkan dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dalam sistem kenegaraan menjadi multi tafsir dan cenderung untuk kepentingan penguasa. Oleh karena itu ketika orde baru jatuh, maka Pancasila juga mulai ditinggalkan.<br />Sejarah implementasi Pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus, bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tapi dalam konteks implementasinya. Tantangan terhadap Pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya berasal dari faktor domestik, tetapi juga internasional. Banyak ideologi-ideologi mancanegara yang turut bertarung di Indonesia. Kini gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara berpikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan Pancasila dan bisa menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa. Dalam suasana demikian, bisa saja solidaritas global menggeser kesetiaan nasional. Internasionalisme menggeser nasionalisme.<br />Kini bangsa Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila yang sangat istimewa agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Terbentuknya negara yang dinamakan Indonesia tahun 1945 oleh karena kesadaran dan kesepakatan bangsa untuk mendasarkan diri kepada Pancasila. Dengan Pancasila, persatuan dan kesatuan bangsa dari Sabang sampai Meraoke tetap akan utuh dan apa yang dinamakan negara dan bangsa Indonesia akan tetap ada. <br /> Untuk kepentingan hal tersebut, maka dibutuhkan upaya sungguh-sungguh untuk peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian, bangsa ini dapat mengembangkan keharmonisan dan kemandiriannya demi mencapai kemajuan bangsa, antara lain perlu implementasi kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. <br /><br /><br />PEMBAHASAN<br /><br />2. Implementasi Pancasila dalam sejarah.<br /> Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil mendirikan negara merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bias dikatakan baru mulai, yaitu upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Para pendiri Negara (the founding father) telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai-nilai yang telah ada dalam budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai Pancasila. <br />Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPPK oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan dengan Ketetapan No. I/MPR/1988 No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga sekarang.<br /> Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila. Bagaimana sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia selama ini dan pentingnya upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan kesatuan NKRI.<br />Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada masa orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi presiden yang pertama Republik Indonesia.<br />Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang kemudian dinamakan Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Meraoke. <br />Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.<br /><br />a. Masa Orde Lama.<br /> Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan peride 1959-1966.<br />Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam. Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia. Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya walaupun konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.<br /> Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Sistem pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.<br /> Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di dunia internasional dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan. Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideology otoriter, konfrotatif dan tidak member ruang pada demokrasi bagi rakyat.<br /><br />b. Masa Orde Baru.<br /> Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila. Situasi internasional kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit, memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan politik di arena internasional seperti yang dilakukan oleh Soekarno.<br />Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila, diliputi oleh paradigma yang esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas guna mendukung rehabilitasi dan pembangunan ekonomi. Istilah terkenal pada saat itu adalah stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan trilogi pembangunan. Perincian pemahaman Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam konsep P4 dengan esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad politik dengan melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang disebut dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan pada pengalaman era sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.<br />Pada awalnya memang memberi angin segar dalam pengamalan Pancasila, namun beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghormatan dari dunia internasional, Tapi kondisi politik dan keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan sentralistik dan otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Pancasila seringkali digunakan sebagai legimitator tindakan yang menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi. Kesimpulan, Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.<br /><br />3. Melemahnya nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat.<br />Seperti juga Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini Orde Reformasi, jika boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga berupaya mengoreksi penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam tataran elit maupun dalam tataran rakyat bawah. Rakyat bebas untuk berserikat dan berkumpul dengan mendirikan partai politik, LSM, dan lain-lain. Penegakan hukum sudah mulai lebih baik daripada masa Orba. Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam penegakan hukum. Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan. <br />Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar filsafati negara, azas, paham negara. Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima sila ( sikap/prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan, sesuai dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.<br />Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat Presiden. Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada era Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila secara formal tetap dianggap sebagai dasar dan ideologi negara, tapi hanya sebatas pada retorika pernyataan politik. Ditambah lagi arus globalisasi dan arus demokratisasi sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak tertarik merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan yang berat. Timor-Timur yang telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak segan-segan, sebagian masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar. Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang dikenal dengan ”subversi asing”, yakni kita saling menghancurkan negara sendiri karena campur tangan secara halus pihak asing. Di dalam pendidikan formal, Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai pelajaran wajib.<br /><br />4. Mencegah Disintegrasi Nasional.<br />Apabila pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara tidak ditingkatkan dan tidak diimplementasikan, maka akan dapat terjadi fenomena sebagai berikut :<br />a. Pembuatan peraturan perundang-undangan tidak memperhatikan keterkaitannya dangan nilai dasar Pancasila, sehinga terjadi tari menarik antar pihak yang berkepentingan sesuai organisasinya, dan tidak lagi berorientasi kepada kepentingan bangsa dan negara.<br />b. Masuknya subtansi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kedalam berbagai aturan atau perundang-undangan nasional, tanpa memperhatikan nilai-nilai dasar Pancasila.<br />c. Kendornya nilai-nilai kekeluargaan, semangat gotong royong, tenggang rasa, norma susila, kesopanan dan adat istiadat bangsa..<br />d. Munculnya sikap primordialisme, dimana sikap ini berwawasan sempit dan isolatif serta hanya mengutamakan kepentingan asal usul kelompoknya saja, seperti dinasti, ras, suku, golongan, daerah dan agama, yang sangat bertentangan dengan Pancasila. <br />Semua hal-hal tersebut diatas akan dapat mengurangi ketangguhan bangsa Indonesia dalam membangun masyarakat. Bangsa dan negara sesehingga dapat memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br />Siapapun yang menjadi pemimpin pada saat ini pasti akan menghadapi atau menerima situasi yang sangat sulit dalam menata bangsa ini. Sudah menjadi kewajiban semua komponen bangsa ini untuk membantu para pemimpin bangsa ini dengan melakukan upaya politik tentang Pancasila. <br />Pembangunan politik, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan beragama harus didasarkan pada pemahaman terhadap Pancasila sesuai dengan situasi yang sedang berjalan. Rezim dalam suatu orde yang sedang berkuasa, cenderung menganggap tidak baik, menyingkirkan, bahkan menghancurkan apa saja yang berbau orde sebelumnya. Kini, mulai ada yang mempertanyakan Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan setelah Indonesia dalam kondisi terpuruk sekarang ini. Sementara itu proses implementasi Pancasila sekarang ini belum tergarap serius dan terumuskan secara konseptual. <br />Sebenarnya, dalam hal sikap konsistennya terhadap falsafah bangsa dan ideologi negara, pemerintahan Soekarno dan pemerintahan Soeharto memiliki kemiripan. Pancasila adalah pilihan satu-satunya yang dianggap ideal. Bedanya, dalam pemerintahan Soekarno yang diperingati tiap 1 Juni adalah hari kelahirannya. Dalam pemerintahan Soeharto yang diperingati adalah hari kesaktiannya, tiap 1 Oktober. Keduanya merupakan manifestasi sikap konsisten tersebut.<br />Proses implementasi dalam kedua masa orde tersebut memiliki kemiripan. Dalam era dua pemerintahan itu telah lahir kader-kader bangsa yang meyakini peran Pancasila sebagai bingkai kebangsaan dan perekat identitas nasional lewat proses pendidikan dan pelatihan. Proses inilah yang kemudian dianggap indoktrinatif dan sloganistik oleh generasi penerusnya.<br />Jika demikian persoalannya, bukan sistem kenegaraan yang berdasarkan Pancasila yang harus diganti, tetapi proses yang dianggap indoktrinatif dan sloganistik itu yang harus dibenahi. Namun, harus diingat, proses implementasi dan pensosialisasian suatu falsafah bangsa dan ideologi negara tidak sama sebangun dengan proses pembelajaran mata pelajaran di sekolah, dan tidak cukup hanya lewat proses pendidikan formal. Falsafah bangsa dan ideologi negara juga harus dipahami dalam konteks kebangsaan. Itu berarti Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan, harus dipahami perannya sebagai bingkai pluralitas dan modal utama integrasi nasional. Pemahaman ini harus ikut mewarnai proses implementasi dan pensosialisasian yang diterapkan.<br />Bukan mustahil berkat pemahaman seperti itulah pemerintah Soekarno maupun pemerintah Soeharto menerapkan cara-cara yang mirip, suatu cara yang kemudian dianggap indoktrinatif dan sloganistik. Tidak selalu rezim yang tergulingkan, semuanya selalu jelek dan harus disingkirkan. Tidakkah harus disingkap problem yang ada, masalah kulit luar atau persoalan isi, soal prinsip atau masalah teknis. Tidak semua cacat dan borok pemerintahan terdahulu hanya akibat proses implementasi dan pensosialisasian Pancasila yang mereka terapkan.<br />Perumusan cara implementasi dan pensosialisasian yang akan diterapkan terasa sangat mendesak sekarang ini. Pancasila harus menjadi bingkai kebangsaan dan perekat identitas nasional sebagai daya ketahanan kita dalam era global. Tanpa ketahanan kokoh, bangsa Indonesia bukan hanya tidak mampu bersaing, tetapi juga terlempar dari percaturan global.<br />Di dalam negeri tantangannya juga tidak kalah besar. Kecenderungan warga bangsa ini yang menatap persoalan lewat kacamata sempit, kacamata kedaerahan atau agama sendiri, misalnya, merupakan kendala segera terwujudnya Pancasila sebagai bingkai kebangsaan dan perekat identitas nasional. Guna merumuskan proses implementasi falsafah bangsa dan ideologi negara, kita bisa belajar dari para pendahulu kita. Yang baik dikembangkan, yang buruk ditinggalkan. Kehadiran rumusan itu sudah sangat mendesak. Beberapa hal yang penting diperhatikan didalam upaya implementasi Pancasila adalah, sebagai berikut:<br /><br />a. Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten. <br />Di era reformasi, masyarakat cenderung kurang peka dan peduli terhadap ancaman ideologi bangsa, karena mereka lebih mementingkan kebutuhan ekonomi dan mengatasi kesulitan hidup sehari-hari. Selain itu, berkembang kecendrungan menafsirkan reformasi, dengan segala macam dapat diperbolehkan, termasuk yang ekstrim mengembangkan ideologi liberal dan komunis dianggap sah-sah saja. Kondisi seperti ini perlu mendapatkan penegasan aparatur pemerintah, karena bila hal tersebut berkembang, maka kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman ideologi liberal dan ideologi komunis serta ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila akan menurun. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah strategi dengan induksi yudikatif, sosialisme untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman Pancasila dan bahaya laten komunis.<br /><br />b. Merumuskan Kebijaksanaan Pemerintah tentang implementasi Pancasila.<br /> Seminar Nasional HUT Lemhanas tahun 2003, telah menyepakati bahwa kita perlu mereformasi kepemimpinan (leadership) dan meningkatkan wawasan kebangsaan untuk mengatasi permasalahan bangsa. Kelemahan sistem nilai inilah yang menyebabkan lemahnya kondisi antar lembaga instansi dan ORMAS/ORPOL dalam upaya memasyarakatkan dan menanamkan ideologi Pancasila di masyarakat. Oleh karenanya diperlukan kebijakan dari instansi yang berwenang, sehingga dapat mendorong upaya sosialisasi Pancasila di bidang pendidikan dan gerakan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara. <br /> Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak perlu dipersoalkan, sedangkan yang harus menjadi ijtihad politik hanya sebatas pada upaya mencari kesepakatan tentang paradigma yang akan digunakan untuk memahaminya. Pada masa Orde Lama, Bung Karno memahami Pancasila dengan USDEK dan pada masa Orde Baru, Soeharto memahaminya dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pada masa Orde Reformasi sekarang belum ada pengganti paradigma untuk memahami Pancasila seperti pada masa orde sebelumnya.<br /><br />c. Meningkatkan keteladanan pemimpin dalam implementasi Pancasila. <br />Maraknya KKN (Korupsi, kolusi dan nepotisme) yang telah merusak sendi-sendi kehidupan bangsa merupakan salah satu faktor yang menghambat pemulihan krisis multi dimensional bangsa Indonesia. Untuk itu perlu, mencari solusi yang tepat untuk mengatasi segala permasalahan bangsa. Salah satu alternatif mendorong terampilinya kader pemimpin yang berani tampil sebagai teladan bagi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Keteladanan para pemimpin, terutama para pemimpin yang sekaligus sebagai penyelenggara negara, akan berdampak positif pada upaya untuk mengurangi KKN. Hanya pemimpin yang bermoral dan etika yang tinggi, yang mampu tapil sebagai teladan. Oleh karenaya, perlu upaya penanaman dan pengembangan etika dan moral bagi pelajar, pemuda dan mahasiswa sebagai kader kepemimpinan nasional dimasa depan. Disisi lain, keteladanan hanya dapat berkembang dengan baik, bila para elit bangsa, memmpunyai kemauan yang keras dan tinggi untuk mengembangkan etika dan moralnnya. Etika dan moral yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia adalah implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.<br /><br />d. Meningkatnya Pemahaman masyarakat pada Pancasila. <br />Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah bangsa dan dasar negara, di era reformasi ini cendrung ditanggapi “sinis” oleh sekelompok masyarakat. Kondisi ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap Pancasila. Disisi lain kebijakan publik yang ada, dirasakan masih banyak yang belum berpihak kepada rakyat kecil. Sebagai contoh, kebijakan penataan dan penertiban di Jakarta, dengan praktek “penggusuran”, dirasakan oleh masyarakat sebagai tindakan yang kurang mencerminkan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Walaupun hal tersebut dilaksanakan untuk menegakkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, agar dikemudian hari seluruh perundang-undangan yang berlaku dapat menjadi wujuddari implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kondisi tersebut dapat terwujud, apabila pemahaman terhadap Pancasila sudah berkembanng dikalangan masyarakat dan para penyelenggara negara.<br />Implementasi Pancasila yang diharapkan akan mampu memecahkan permasalahan bangsa, namun sekaligus memerlukan kondisi pendukung dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.<br /> <br />e. Peningkatan pemahaman semua Komponen Masyarakat terhadap ideologi Pancasila.<br />Pemahaman merupakan suatu kondisi awal yang sangat penting agar tiap warga negara mampu mengamalkan Pancasila dengan benar. Tanpa pemahaman yang benar, maka proses berpikir, ucapan dan tindakan tiap warga negara, berkaitan dengan kepentingan pembangunan dapat menjadi salah arah, bahkan dapat mengganggu pembangunan Nasional yang pada akhirnya akan memperlemah persatruan dan kesatuan bangsa.<br />Kualitas pemahaman individu para penyelenggara negara diharapkan akan semakin tinggi, dengan meningkatnya tugas dan tanggung jawab ybs. dalam kegiatan kenegaraan. Pemahaman tersebut juga diharapkan meningkat, mencakup prosentase yang cukup besar untuk tingkatan Pimpinan, midealnya formal maupun informal, dan dapat dijaga kondisi pemahamannya walaupun dengan menurunnya tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan. dalam kepentingan Pembangunan Nasional dan aktivitas kenegaraan. <br />Pelaksanaan P4 yang dilakukan pada masa orde baru yang lalu, terkesan dilakukan dengan pola indoktrinasi, sehingga timbul reaksi negati dari peserta P4 yang menciptakan suasana yang kurang kondusif. Mengacu pada pengalaman tersebut, maka proses peningkatan pemahaman yang direncanakan, perlu dirancang sedemikian rupa, agar terhindar dari kesan indoktrinasi.<br /><br />f. Internalisasi Keyakinan atau Pembudayaan terhadap Pancasila. <br />Proses pemahaman Pancasila, perlu dilakukan sedemikian rupa, sampai pada tingkat dimana bukan hanyasekedar paham, namun juga tumbuhnya keyakinan pada warga negara bahwa Pancasila adalah falsafah dan nilai-dasar bangsa yang sesuai untuk bangsa Indonesia, mampu acuan arah dan pendorong pembagunan Nasional dan mampu menjadi penguat persatuan kebangsaan.<br />Kualitas internalisasi pada individu, diharapkan dimulai dari penerimaan atas ideologi Pancasila, kemampuan pengendalian diri, sampai pada kondisi, dimana tumbuhnya motivasi kuat untuk mengamalkannya. Tingkat keyakinan tersebut juga diharapkan dapat membangun kekuatan internal individu, sehingga individu yang bersangkutan mampu melakukan seleksi dengan benar atas pengaruh dari luar, mengambil pengaruh positif dan menolak pengaruh negatif.<br /><br /><br /><br /><br /><br />PENUTUP<br />5. Kesimpulan.<br />a. Kenyataan yang berkembang di masyarakat adalah cara pandang terhadap wawasan kebangsaan yang hampir meluntur dan mencapai titik terendah pada diri anak bangsa. Ikatan nilai-nilai kebangsaan yang pernah terpatri kuat dalam kehidupan bangsa, rasa cinta tanah air, bela Negara dan semangat patriotismebangsa mulai luntur, longgar bahkan hamper sirna. Nilai budaya gotong royong, kesediaan untuk saling menghargai dan saling menghormati perbedaan serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa yang dulu melekat kuat dalam sanubari masyarakat kini semakin menipis. <br /><br />b. Kini bangsa Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila yang sangat istimewa agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Terbentuknya negara yang dinamakan Indonesia tahun 1945 oleh karena kesadaran dan kesepakatan bangsa untuk mendasarkan diri kepada Pancasila. Dengan Pancasila, persatuan dan kesatuan bangsa dari Sabang sampai Meraoke tetap akan utuh dan apa yang dinamakan negara dan bangsa Indonesia akan tetap ada. <br /><br />c. Apabila Pancasila, sebagai ideologi negara tidak lagi dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka akan dapat terjadi fenomena sebagai berikut :<br />1) Pembuatan peraturan perundang-undangan tidak memperhatikan keterkaitannya dangan nilai dasar Pancasila, sehinga terjadi tari menarik antar pihak yang berkepentingan sesuai organisasinya, dan tidak lagi berorientasi kepada kepentingan bangsa dan negara.<br />2) Masuknya subtansi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kedalam berbagai aturan atau perundang-undangan nasional, tanpa memperhatikan nilai-nilai dasar Pancasila.<br />3) Kendornya nilai-nilai kekeluargaan, semangat gotong royong, tenggang rasa, norma susila, kesopanan dan adat istiadat bangsa..<br />4) Munculnya sikap primordialisme, dimana sikap ini berwawasan sempit dan isolatif serta hanya mengutamakan kepentingan asal usul kelompoknya saja, seperti dinasti, ras, suku, golongan, daerah dan agama, yang sangat bertentangan dengan Pancasila. <br /><br />6. Saran.<br /> Dalam rangka upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dibutuhkan upaya yang sungguh-sungguh agar persatuan dan kesatuan bangsa tidak mengalami disintegrasi. Dengan demikian, bangsa ini dapat mengembangkan keharmonisan dan kemandiriannya demi mencapai kemajuan bangsa, antara lain perlu implementasi kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa hal yang penting diperhatikan didalam upaya implementasi Pancasila adalah, sebagai berikut:<br /><br />a. Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten terhadap Pancasila. <br />b. Merumuskan Kebijaksanaan Pemerintah tentang implementasi Pancasila.<br />c. Meningkatkan keteladanan pemimpin dalam implementasi Pancasila. <br />d. Meningkatnya upaya pemahaman seluruh komponen masyarakat terhadap ideologi Pancasila.<br />e. Meningkatkan upaya Internalisasi Keyakinan atau Pembudayaan terhadap Pancasila. <br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. PT. Pradnya Paramita, Jakarta 2005.<br />C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta 2003.<br />Frans Magnis Suseno. Berebut Jiwa Bangsa. PT. Kompas Media nusantara, Jakarta 2007.<br />Tim Badiklat Dephan. Wawasan Kebangsaan. Badiklat, Jakarta 2006.<br />UUD 1945 dan Amandemennya, Fokusmedia, November 2004.<br />Oetoyo Usman dan Alfian. Penyunting. Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BP-7 Pusat, Jakarta 1990.<br />Darji Darmodiharjo, E.S.T. Kansil, dan Nyoman Dekker. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Malang 1979.MUH.AWALUDDINhttp://www.blogger.com/profile/04585280533743697297noreply@blogger.com0