“Rakyat tidak menginginkan pemimpin yang hanya peduli pada golongan
sendiri, daerah sendiri, kerabat sendiri, pemimpin yang egoistik. Atau
pemimpin mabuk kuasa, yang takut kehilangan kursi. Para pemimpin ini
berdiri tegak di depan dengan panji-panjinya, dan di belakang, ribuan massa
pendukungnya. Namun, suara seorang pemimpin politik sekarang ini, meski
jelas-jelas demi kepentingan seluruh bangsa, tetap saja ditafsirkan bagi
kepentingan kelompoknya. Mereka ini adalah tokoh-tokoh dengan kepentingan
golongan, massa tertentu, demi tujuan tertentu pula. Ia mengabdi untuk masa
kini yang dekat dan untuk persoalan-persoalan aktual saja. Tanda gambarnya
kami, dan bukan tanda gambar kita. Dan karenanya, sulit memperoleh
kepercayaan dari massa dan golongan lain”.(Sri Sultan Hamengku Buwono X)
Alkisah, diceritakan dalam suatu kampung di pedalaman Sendana tinggallah seorang tua bernama Pua' Manyang bersama istri dan seorang anak semata wayangnya. Pua' Manyang sebenarnya tidak dikenal sebagai nama yang lazim bagi seseorang yang lahir di kampung tersebut. Apalagi Pua' Manyang hanya berasal dari golongan masyarakat biasa. Nama Pua' Manyang melekat justru karena kebiasaan Pua' Manyang yang hobby menenggak minuman keras tradisional dari daerah mandar yaitu "Manyang Pai' (Tuak). Kebiasaan Pua' Manyang dalam mengkonsumsi minuman tersebut tanpa kenal waktu membuat nama aslinya, Rusli berubah panggilannya menjadi Pua' Manyang. Namun, kebiasaan Pua' Manyang tersebut justru mengantarkan Pua' Manyang menjadi idola di kampungnya. Pua' Manyang menjadi terkenal karena guyonan politiknya yang selalu menghentak publik atau masyarakat disekelilingnya. Apalagi jika Pua' Manyang sedang teler, hampir semua kata-kata yang keluar dari mulutnya menjadi tren bahasa politik di kampungnya.
Tutur dan kosa kata bahasa mandar Pua' Manyang lain dari yang lain. Hal ini yang membuat banyak para politikus datang menyambangi rumah Pua' Manyang untuk sekedar mengajaknya minum lalu kemudian berguru kepada Pua' Manyang beberapa "pepasang leluhur Mandar" yang banyak diketahui olehnya. Menjelang Pemilihan Bupati di Majene pada 2011 mendatang, rumah Pua' Manyang tidak lagi hanya didatangi oleh para politikus, tetapi kadang-kadang Pua' Manyang diboyong ke rumah para politikus sampai berhari-hari.
Akibat pergaulan dengan para politikus tersebut, Pua' Manyang menjadi sangat sering keluar rumah. Jika bukan para politikus itu yang datang kerumahnya, maka Pua' Manyang yang akan pergi menyambangi rumah politikus tersebut. Dari pergaulan itu pula Pua' Manyang akhirnya berkenalan dengan jejaring sosial bernama Facebook (baca:fesbuk). Pergaulan dengan Facebook menjadi sensasi tersendiri bagi Pua' Manyang. Meskipun dulunya gaptek, sekarang Pua' Manyang sudah bisa mengoperasikan komputer meskipun hanya tahu membuka Facebook saja. Itupun dia harus berjalan kaki kurang lebih 10 km dari rumahnya untuk numpang pinjam komputer politikus kenalannya di pusat kota kecamatan Sendana. Satu hal yang menjadi teladan bagi Pua' Manyang karena ia tidak mudah dipengaruhi oleh iming-iming harta dari beberapa politikus kenalannya. Pernah Pua' Manyang ditawari Laptop oleh seorang politikus yang tahu kegandrungan Pua' Manyang bermain Facebook, namun Pua' Manyang menolak dengan alasan tak ada listrik dikampungnya...setengah diplomatis Pua' Manyang berkata "Na'u, perjuangkammi dzolo' listiri’ mettama dikappungngu anna' mala iting utarima pappebengammu, nau apai laptop mua' andattoi namala upake? masaemi pakkappung ma'eppei janji-janjimmu, lambi' dite'e andatto a'dupanna" (Nak, perjuangkanlah dulu listrik masuk dikampungku baru saya bisa menerima pemberianmu, buat apa laptop jika tidak juga bisa saya gunakan? masyarakat sudah lama menanti janji-janjimu, sampai sekarang tidak juga ada hasilnya). Muka politikus yang sekarang menjadi legislator tersebut tersipu malu dan sadar dengan kecerobohannya. Dalam hati Pua' Manyang "bersabda": "Masaemo' macanga appo...".
Namun disisi lain, kenyataan ini membuat Indo' Manyang (istri Pua' Manyang) sering meradang. Kepergian Pua' Manyang selama berhari-hari karena kecanduan Facebook membuat Indo Manyang sering naik pitam. Apalagi kesenangannya menghisap ”bakal” (tembakau) menjadi terganggu. Maklum, Pua' Manyang sering membawa serta bakal dan kertas lintingannya jika pergi keluar rumah. Dan yang paling membuat Indo' Manyang tidak senang adalah karena di Facebook Pua' Manyang selalu berpolitik dan mengganggu ipar dari adik iparnya yang mau mencalonkan diri jadi Bupati. Pua' Manyang sekarang telah memiliki akun Facebook yang setiap harinya menyampaikan unek-unek politiknya kepada kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Majene. Kadang-kadang Pua' Manyang berdiri pada posisi menengahi perselisihan para politikus di facebook, kadang pula Pua' Manyang menyampaikan pandangan "intelektual"nya yang didapat secara otodidak dari pergaulannya. Pua' Manyang malah menjadi sensasi di Facebook. Perdebatan politik di Facebook tanpa kehadiran Pua' Manyang akan menjadi hambar. Pua' Manyang sering hadir jika perdebatan telah mencapai puncak perseteruan yang memanas bahkan keluar dari substansi persoalan. Tak jarang Pua' Manyang harus melerai para politikus yang saling menuding dan mencela serta mencari-cari kesalahan sesamanya. Tak jarang pula Pua' Manyang harus menelan pil pahit, disemprot para politikus jika komentar-komentarnya dianggap memihak salah satu pihak. Namun bukan Pua' Manyang namanya jika tak lihai berkelit...ada-ada saja ungkapan Pua' Manyang yang membuat dia urung dipersalahkan.
Kembali ke Indo' Manyang. Menyadari kegandrungan Pua' Manyang tak dapat dibendung lagi, akhirnya Indo' Manyang berinisiatif belajar membuat akun Facebook. Diam-diam tanpa sepengetahuan Pua' Manyang ia berguru Facebook pada ipar adik iparnya yang mencalonkan diri jadi Bupati. Segala macam komentar, status dan catatan yang menyudutkan ipar adik iparnya tersebut dibantah dengan segala cara, termasuk harus menghina lawan politiknya secara fisik. Kata-kata "Arepus,Pullado',menjadi "tai pau" yang sering keluar dari komentar-komentarnya. Bahkan ia pun berani menghina Pua' Manyang suaminya yang sekian tahun menghidupinya dari sebidang kebun 10 meter persegi, itupun didapat dari pemberian tuan tanah yang juga politikus.
Perseteruan Pua' Manyang dan Indo' Manyang di Facebook memang tidak natural. Karena kebanyakan komentar Indo' Manyang justru berasal dari "bisik-bisik tetangga" yang mengajari Indo Manyang. Makanya Komentar-komentar Indo' Manyang menjadi sering tidak nyambung. Hal ini yang membuat Pua' Manyang tidak memperdulikan kata-kata Indo' Manyang dan malah semakin semangat mengutarakan "kutukannya" di Facebook. Dari nadanya, sebenarnya Pua' Manyang sangat sayang kepada Indo' Manyang, namun terlanjur sakit hati yang sudah terakumulasi membuat Indo' Manyang juga tak perduli lagi dengan nasehat Pua' Manyang. Apalagi selama ini, untuk membuat dapurnya tetap ngebul, kadang-kadang keuangan Indo' Manyang harus disubsidi oleh ipar adik iparnya yang politikus tersebut.
Perseteruan Pua' Manyang dan Indo Manyang bukan hanya berimbas pada keretakan hubungan rumah tangganya. Anaknya, I Manyang turut menjadi korban. I Manyang yang dulunya rajin sekolah sekarang menjadi pemalas dan sering berbuat onar di kampung. Menyabung ayam dan berkelahi menjadi hobby baru I Manyang semenjak kedua orang tuanya sibuk main Facebook. I Manyang tak perduli lagi dengan rumanhya, bahkan ia lebih senang tidur di pos ronda bersama para petugas ronda malam ketimbang tidur dirumahnya. Sebenarnya I Manyang juga ingin belajar main Facebook, tapi ia takut pada orang tuanya. Ingin rasanya I Manyang mencurhatkan kekesalannya di Facebook agar dapat dibaca oleh para pengguna Facebook. Tapi apa daya, jangankan orang lain, orang tuanya sendiri tak lagi perduli pada dirinya. Bahkan ketika I Manyang meminta uang pada orang tuanya untuk berguru ke pulau Jawa, I Manyang malah ditendang oleh ibunya dan mengatakan nanti orang Jawa yang di”rental” dan dibawa kesini (Ke Majene:red).
Demikian sepenggal kisah tragis Keluarga Pua' Manyang di Facebook. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Tunggu episode selanjutnya.
Cerita ini bukan mengisyaratkan Facebook tak bermanfaat, tetapi kecenderungan buruk dalam mengelola akun Facebook sebagai jejaring sosial menjadi ajang pelecehan telah menjadi pelajaran betapa dialog yang cerdas itu menjadi sangat penting, termasuk di Facebook. Budaya memperalat dan diperalat seyogyanga tidak dibawa kedalam ranah pergaulan terutama bagi orang yang mengaku intelek dan terhormat. Tapi, mari jadikan Facebook sebagai wadah persatuan dalam membina kebersamaan untuk membangun daerah, negara dan bangsa kita. Jadikan Facebook sebagai wahana diskusi yang sehat, cerdas dan mencerahkan bagi siapa saja. Termasuk keluarga Pua' Manyang yang sampai saat ini tak pernah menampakkan wajah aslinya di Facebook.....
Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama, karakter, alur cerita dan lokasi, mohon jangan ditanggapi berlebihan, tapi anggaplah ini bagian dari guyonan Mandar kontemporer. Semoga Bermanfaat!! (Wassalam)
sendiri, daerah sendiri, kerabat sendiri, pemimpin yang egoistik. Atau
pemimpin mabuk kuasa, yang takut kehilangan kursi. Para pemimpin ini
berdiri tegak di depan dengan panji-panjinya, dan di belakang, ribuan massa
pendukungnya. Namun, suara seorang pemimpin politik sekarang ini, meski
jelas-jelas demi kepentingan seluruh bangsa, tetap saja ditafsirkan bagi
kepentingan kelompoknya. Mereka ini adalah tokoh-tokoh dengan kepentingan
golongan, massa tertentu, demi tujuan tertentu pula. Ia mengabdi untuk masa
kini yang dekat dan untuk persoalan-persoalan aktual saja. Tanda gambarnya
kami, dan bukan tanda gambar kita. Dan karenanya, sulit memperoleh
kepercayaan dari massa dan golongan lain”.(Sri Sultan Hamengku Buwono X)
Alkisah, diceritakan dalam suatu kampung di pedalaman Sendana tinggallah seorang tua bernama Pua' Manyang bersama istri dan seorang anak semata wayangnya. Pua' Manyang sebenarnya tidak dikenal sebagai nama yang lazim bagi seseorang yang lahir di kampung tersebut. Apalagi Pua' Manyang hanya berasal dari golongan masyarakat biasa. Nama Pua' Manyang melekat justru karena kebiasaan Pua' Manyang yang hobby menenggak minuman keras tradisional dari daerah mandar yaitu "Manyang Pai' (Tuak). Kebiasaan Pua' Manyang dalam mengkonsumsi minuman tersebut tanpa kenal waktu membuat nama aslinya, Rusli berubah panggilannya menjadi Pua' Manyang. Namun, kebiasaan Pua' Manyang tersebut justru mengantarkan Pua' Manyang menjadi idola di kampungnya. Pua' Manyang menjadi terkenal karena guyonan politiknya yang selalu menghentak publik atau masyarakat disekelilingnya. Apalagi jika Pua' Manyang sedang teler, hampir semua kata-kata yang keluar dari mulutnya menjadi tren bahasa politik di kampungnya.
Tutur dan kosa kata bahasa mandar Pua' Manyang lain dari yang lain. Hal ini yang membuat banyak para politikus datang menyambangi rumah Pua' Manyang untuk sekedar mengajaknya minum lalu kemudian berguru kepada Pua' Manyang beberapa "pepasang leluhur Mandar" yang banyak diketahui olehnya. Menjelang Pemilihan Bupati di Majene pada 2011 mendatang, rumah Pua' Manyang tidak lagi hanya didatangi oleh para politikus, tetapi kadang-kadang Pua' Manyang diboyong ke rumah para politikus sampai berhari-hari.
Akibat pergaulan dengan para politikus tersebut, Pua' Manyang menjadi sangat sering keluar rumah. Jika bukan para politikus itu yang datang kerumahnya, maka Pua' Manyang yang akan pergi menyambangi rumah politikus tersebut. Dari pergaulan itu pula Pua' Manyang akhirnya berkenalan dengan jejaring sosial bernama Facebook (baca:fesbuk). Pergaulan dengan Facebook menjadi sensasi tersendiri bagi Pua' Manyang. Meskipun dulunya gaptek, sekarang Pua' Manyang sudah bisa mengoperasikan komputer meskipun hanya tahu membuka Facebook saja. Itupun dia harus berjalan kaki kurang lebih 10 km dari rumahnya untuk numpang pinjam komputer politikus kenalannya di pusat kota kecamatan Sendana. Satu hal yang menjadi teladan bagi Pua' Manyang karena ia tidak mudah dipengaruhi oleh iming-iming harta dari beberapa politikus kenalannya. Pernah Pua' Manyang ditawari Laptop oleh seorang politikus yang tahu kegandrungan Pua' Manyang bermain Facebook, namun Pua' Manyang menolak dengan alasan tak ada listrik dikampungnya...setengah diplomatis Pua' Manyang berkata "Na'u, perjuangkammi dzolo' listiri’ mettama dikappungngu anna' mala iting utarima pappebengammu, nau apai laptop mua' andattoi namala upake? masaemi pakkappung ma'eppei janji-janjimmu, lambi' dite'e andatto a'dupanna" (Nak, perjuangkanlah dulu listrik masuk dikampungku baru saya bisa menerima pemberianmu, buat apa laptop jika tidak juga bisa saya gunakan? masyarakat sudah lama menanti janji-janjimu, sampai sekarang tidak juga ada hasilnya). Muka politikus yang sekarang menjadi legislator tersebut tersipu malu dan sadar dengan kecerobohannya. Dalam hati Pua' Manyang "bersabda": "Masaemo' macanga appo...".
Namun disisi lain, kenyataan ini membuat Indo' Manyang (istri Pua' Manyang) sering meradang. Kepergian Pua' Manyang selama berhari-hari karena kecanduan Facebook membuat Indo Manyang sering naik pitam. Apalagi kesenangannya menghisap ”bakal” (tembakau) menjadi terganggu. Maklum, Pua' Manyang sering membawa serta bakal dan kertas lintingannya jika pergi keluar rumah. Dan yang paling membuat Indo' Manyang tidak senang adalah karena di Facebook Pua' Manyang selalu berpolitik dan mengganggu ipar dari adik iparnya yang mau mencalonkan diri jadi Bupati. Pua' Manyang sekarang telah memiliki akun Facebook yang setiap harinya menyampaikan unek-unek politiknya kepada kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Majene. Kadang-kadang Pua' Manyang berdiri pada posisi menengahi perselisihan para politikus di facebook, kadang pula Pua' Manyang menyampaikan pandangan "intelektual"nya yang didapat secara otodidak dari pergaulannya. Pua' Manyang malah menjadi sensasi di Facebook. Perdebatan politik di Facebook tanpa kehadiran Pua' Manyang akan menjadi hambar. Pua' Manyang sering hadir jika perdebatan telah mencapai puncak perseteruan yang memanas bahkan keluar dari substansi persoalan. Tak jarang Pua' Manyang harus melerai para politikus yang saling menuding dan mencela serta mencari-cari kesalahan sesamanya. Tak jarang pula Pua' Manyang harus menelan pil pahit, disemprot para politikus jika komentar-komentarnya dianggap memihak salah satu pihak. Namun bukan Pua' Manyang namanya jika tak lihai berkelit...ada-ada saja ungkapan Pua' Manyang yang membuat dia urung dipersalahkan.
Kembali ke Indo' Manyang. Menyadari kegandrungan Pua' Manyang tak dapat dibendung lagi, akhirnya Indo' Manyang berinisiatif belajar membuat akun Facebook. Diam-diam tanpa sepengetahuan Pua' Manyang ia berguru Facebook pada ipar adik iparnya yang mencalonkan diri jadi Bupati. Segala macam komentar, status dan catatan yang menyudutkan ipar adik iparnya tersebut dibantah dengan segala cara, termasuk harus menghina lawan politiknya secara fisik. Kata-kata "Arepus,Pullado',menjadi "tai pau" yang sering keluar dari komentar-komentarnya. Bahkan ia pun berani menghina Pua' Manyang suaminya yang sekian tahun menghidupinya dari sebidang kebun 10 meter persegi, itupun didapat dari pemberian tuan tanah yang juga politikus.
Perseteruan Pua' Manyang dan Indo' Manyang di Facebook memang tidak natural. Karena kebanyakan komentar Indo' Manyang justru berasal dari "bisik-bisik tetangga" yang mengajari Indo Manyang. Makanya Komentar-komentar Indo' Manyang menjadi sering tidak nyambung. Hal ini yang membuat Pua' Manyang tidak memperdulikan kata-kata Indo' Manyang dan malah semakin semangat mengutarakan "kutukannya" di Facebook. Dari nadanya, sebenarnya Pua' Manyang sangat sayang kepada Indo' Manyang, namun terlanjur sakit hati yang sudah terakumulasi membuat Indo' Manyang juga tak perduli lagi dengan nasehat Pua' Manyang. Apalagi selama ini, untuk membuat dapurnya tetap ngebul, kadang-kadang keuangan Indo' Manyang harus disubsidi oleh ipar adik iparnya yang politikus tersebut.
Perseteruan Pua' Manyang dan Indo Manyang bukan hanya berimbas pada keretakan hubungan rumah tangganya. Anaknya, I Manyang turut menjadi korban. I Manyang yang dulunya rajin sekolah sekarang menjadi pemalas dan sering berbuat onar di kampung. Menyabung ayam dan berkelahi menjadi hobby baru I Manyang semenjak kedua orang tuanya sibuk main Facebook. I Manyang tak perduli lagi dengan rumanhya, bahkan ia lebih senang tidur di pos ronda bersama para petugas ronda malam ketimbang tidur dirumahnya. Sebenarnya I Manyang juga ingin belajar main Facebook, tapi ia takut pada orang tuanya. Ingin rasanya I Manyang mencurhatkan kekesalannya di Facebook agar dapat dibaca oleh para pengguna Facebook. Tapi apa daya, jangankan orang lain, orang tuanya sendiri tak lagi perduli pada dirinya. Bahkan ketika I Manyang meminta uang pada orang tuanya untuk berguru ke pulau Jawa, I Manyang malah ditendang oleh ibunya dan mengatakan nanti orang Jawa yang di”rental” dan dibawa kesini (Ke Majene:red).
Demikian sepenggal kisah tragis Keluarga Pua' Manyang di Facebook. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Tunggu episode selanjutnya.
Cerita ini bukan mengisyaratkan Facebook tak bermanfaat, tetapi kecenderungan buruk dalam mengelola akun Facebook sebagai jejaring sosial menjadi ajang pelecehan telah menjadi pelajaran betapa dialog yang cerdas itu menjadi sangat penting, termasuk di Facebook. Budaya memperalat dan diperalat seyogyanga tidak dibawa kedalam ranah pergaulan terutama bagi orang yang mengaku intelek dan terhormat. Tapi, mari jadikan Facebook sebagai wadah persatuan dalam membina kebersamaan untuk membangun daerah, negara dan bangsa kita. Jadikan Facebook sebagai wahana diskusi yang sehat, cerdas dan mencerahkan bagi siapa saja. Termasuk keluarga Pua' Manyang yang sampai saat ini tak pernah menampakkan wajah aslinya di Facebook.....
Cerita ini hanya fiksi, bila ada kesamaan nama, karakter, alur cerita dan lokasi, mohon jangan ditanggapi berlebihan, tapi anggaplah ini bagian dari guyonan Mandar kontemporer. Semoga Bermanfaat!! (Wassalam)